Gelar bimtek, Pupuk Indonesia dorong petani NTT terapkan pemupukan berimbang

id Pupuk bersubsidi,Pupuk Indonesia,pemupukan berimbang

Gelar bimtek, Pupuk Indonesia dorong petani NTT terapkan pemupukan berimbang

Ilustrasi - Proses produksi pupuk di pabrik PT Pupuk Indonesia. (ANTARA/HO-PT Pupuk Indonesia)

penggunaan pupuk urea yang semakin banyak membuat kondisi lahan atau tanah menjadi tidak sehat
Kupang (ANTARA) - PT Pupuk Indonesia (Persero) melakukan menggelar bimbingan teknis (bimtek) untuk mendorong para petani di Nusa Tenggara Timur agar menerapkan pemupukan berimbang untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

"Salah satu hal yang menjadi tantangan di lapangan adalah bagaimana petani kita memahami tata cara pemupukan berimbang, agar pupuk yang dipakai lebih efisien, tidak boros, dan dapat mendorong hasil panen menjadi lebih baik," kata SEVP Operasi Pemasaran Pupuk Indonesia, Gatoet G. Noegroho dalam kegiatan bimtek di Kupang bersama anggota Komisi IV DPR RI dalam keterangan yang diterima di Kupang, Jumat.

Ia menjelaskan masih banyak petani yang menganggap bahwa semakin banyak pupuk khususnya pupuk urea maka tanaman yang dihasilkan semakin bagus. 

Rata-rata petani nasional yang menggunakan pupuk urea sebanyak 400 kilogram per hektar, padahal penggunaan pupuk urea yang semakin banyak membuat kondisi lahan atau tanah menjadi tidak sehat.

Gatoet mencontohkan rekomendasi pupuk berimbang untuk komoditas padi adalah 5:3:2 dengan rincian 500 kg pupuk organik, 300 kg pupuk NPK, dan 200 kg pupuk urea.

Ia mengatakan penerapan pemupukan berimbang juga perlu didukung oleh teknologi dan infrastruktur pertanian yang baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas yang berujung kepada meningkatnya pendapatan petani di NTT.

Lebih lanjut ia mengatakan penyaluran pupuk subsidi masih memiliki tantangan seperti alokasi yang ditetapkan masih kurang dari yang dibutuhkan petani.

"Oleh karena itu melalui bimtek ini kami berharap dukungan dari parlemen khususnya Komisi IV DPR RI untuk mensosialisasikan serta mencarikan solusi lain dalam mengoptimalkan penggunaan pupuk subsidi untuk mendukung musim tanam," katanya.

Ia menambahkan dengan kondisi alokasi yang masih terbatas maka pemerintah menerapkan sejumlah aturan dan persyaratan sehingga penyalurannya lebih tepat sasaran dan diterima oleh mereka yang berhak.

Gatoet mengatakan tidak semua petani pada akhirnya dapat memperoleh pupuk bersubsidi sesuai dengan keinginannya. Sementara harga pupuk non subsidi lebih tinggi jika dibandingkan pupuk bersubsidi sehingga penerapan pemupukan berimbang perlu dijalankan para petani.