MUI NTT: Jangan bawa-bawa politik dalam khotbah

id MUI

MUI NTT: Jangan bawa-bawa politik dalam khotbah

Ketua MUI Nusa Tenggara Timur H Abdul Kadir Makarim

MUI NTT meminta para khatib setempat agar tidak menyelipkan kepentingan politik ketika menyampaikan khotbah dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriah.
Kupang (AntaraNews NTT) - Ketua Majelis Ulama (MUI) Provinsi Nusa Tenggara Timur H Abdul Kadir Makarim meminta para khatib setempat agar tidak menyelipkan kepentingan politik ketika menyampaikan khotbah dalam perayaan Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriah.

"Para khatib agar jangan bawa-bawa kepentingan politik dalam khotbah Hari Raya Idul Fitri," kata Abdul Kadir Makarim kepada Antara di Kupang, Kamis (14/6).

Ia menjelaskan, hanya dalam hitungan hari setelah perayaan Idul Fitri, masyarakat NTT, termasuk umat muslim, akan mengikuti pesta politik berupa Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur serta bupati-wakil bupati di 20 kabupaten.

Untuk itu, Makarim meminta agar para khatib tidak menyelipkan kepentingan politik tertentu ketika menyampaikan khotbah perayaan Idul Fitri yang dilaksanakan pada Jumat (15/6).

Sebaliknya, kata dia, khotbah-khotbah yang disampaikan seharusnya berisikan hal-hal positif yang mendorong umat Islam untuk memperbaharui kualitas imannya dalam menjalani kehidupan antarumat beragama di tengah masyarakat.

Baca juga: MUI NTT mengutuk tindakan teroris di Surabaya

"Sampaikanlah hal-hal tentang toleransi, bagaimana menjaga dan memelihara persaudaraan dan kerukunan yang selama ini sudah dijaga dengan cukup baik di NTT," katanya.

Makarim mengatakan, masa puasa yang dijalani umat Muslim di daerah itu selama bulan Ramadhan telah berlangsung aman dan penuh hikmat.

Untuk itu, lanjutnya, pada puncak bulan Ramadhan seharusnya menjadi momentum yang tepat para pemuka agama untuk mengajak semua umat agar terus menjaga silaturahmi, persatuan, dan saling menghargai antarumat beragama.

"Intinya jangan ada yang memanfaatkan perayaan suci umat Islam ini untuk menyelipkan informasi keberpihakan pada kepentingan politik tertentu, apalagi sampai mengajak umat untuk mendukung," katanya.

Ia menambahkan, sejauh ini belum ada khatib di daerah setempat yang menyuarakan secara lantang kepentingan politik dalam memimpin perayaan keagamaan.

Makarim berharap agar hal ini tetap dipelihara sehingga tidak mengkotak-kotakan umat yang hanya memicu perpecahan di antara umat yang sudah sekian lama hidup bersaudara, hanya karena kepentingan politik sesaat.

"Semoga ini tetap dijaga para pemuka agama. Kalau berpolitik, ya harus pada tempatnya, bukan saat perayaan keagamaan," katanya menegaskan.

Baca juga: MUI Jaga Pilar Kebangsaan