Kupang (AntaraNews NTT) - Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada triwulan I-2018 tercatat tumbuh sebesar 5,19 persen (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV 2017 yang tumbuh 5,29 persen (yoy).
Data hasil kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diterima Antara di Kupang, Kamis (12/7) menyebutkan, meskipun demikian, pertumbuhan pada triwulan I-2018 masih lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2017 dan pertumbuhan nasional sebesar 5,08 persen (yoy) dan 5,06 persen (yoy).
Menurut BI, perlambatan ekonomi terutama disumbang oleh melambatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi.
Adapun berdasarkan lapangan usaha, perlambatan terutama disumbang oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, jasa pendidikan serta transportasi dan pergudangan.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi secara agregat masih menunjukkan akselerasi pertumbuhan dibandingkan triwulan IV 2017 menjadi 5,13 persen (yoy) dari sebelumnya sebesar 4,10 persen (yoy).
Meskipun tertahan oleh melambatnya konsumsi pemerintah dan PMTB/investasi yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Baca juga: PDRB NTT Triwulan II Rp22,25 Triliun
Perlambatan konsumsi pemerintah terjadi karena pertumbuhan konsumsi kolektif pemerintah untuk infrastruktur dan pembangunan ekonomi yang tidak setinggi triwulan sebelumnya.
Kondisi tersebut juga tercermin dari perlambatan pertumbuhan PMTB/investasi yang disebabkan oleh melambatnya investasi pemerintah dalam bentuk bangunan/infrastruktur.
Di sisi lain, konsumsi rumah tangga terus menunjukkan penguatan seiring meningkatnya daya beli masyarakat, yang tercermin dari peningkatan konsumsi makanan dan minuman, kesehatan dan pendidikan serta restoran dan hotel.
Dari sisi lapangan usaha, sebut BI, perlambatan pertumbuhan terutama disumbang oleh produksi pertanian, kehutanan dan perikanan yang tidak setinggi triwulan sebelumnya.
Di samping itu, juga disumbang oleh melambatnya perkembangan usaha jasa pendidikan terutama kursus serta melambatnya permintaan transportasi dan pergudangan. Kondisi ini dipengaruhi periode cuaca buruk pada awal tahun ini yang lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya.
Faktor lain adalah produksi pertanian, kehutanan dan perikanan utama seperti beras, sayur sayuran, buah-buahan dan ikan segar berkurang dipengaruhi oleh cuaca buruk pada awal tahun ini yang lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca juga: Dorong Pengembangan Koperasi Untuk Tingkatkan PDRB
Perkembangan lapangan usaha jasa pendidikan turut menunjukkan perlambatan seiring penambahan ruang kelas sekolah dan penyedia kursus baru yang tidak sebanyak periode sebelumnya.
Selain itu, cuaca buruk pada awal tahun 2018 yang berlangsung lebih lama dibandingkan tahun sebelumnya juga menyebabkan permintaan terhadap transportasi terutama udara dan laut menjadi berkurang. Dan turut berdampak terhadap utilisasi gudang penyimpanan yang berkurang seiring tidak banyaknya barang-barang yang datang dari daerah lain.