Tak ada lagi pengeboman ikan di Flores Timur

id Wakil Bupati

Tak ada lagi pengeboman ikan di Flores Timur

Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli.

"Wilayah perairan di ujung timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur sudah mulai bebas dari aksi pengeboman ikan yang berakibat pada rusaknya ekosistem laut," kata Agustinus Payong Boli.
Larantuka, NTT (AntaraNews NTT) - Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli mengatakan wilayah perairan di ujung timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur ini sudah mulai bebas dari aksi pengeboman ikan yang berakibat pada rusaknya ekosistem laut.

"Sekarang sudah tak ada lagi aksi pengeboman ikan, paling tidak dalam satu tahun terakhir ini wilayah perairan Flores Timur bersih dari adanya pengeboman ikan," katanya kepada Antara di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur, Senin (24/9).

Menurut dia, penegakan hukum yang diberikan kepada pelaku pengeboman, telah memberi kontibusi besar dalam upaya membebaskan wilayah perairan setempat dari ancaman pengeboman ikan maupun aksi potasium.

Ia mencontohkan, aksi pembakaran dua unit kapal nelayan bertonase 1-3 GT pada Agustus 2017 yang dipimpin Bupati Flores Timur Antonius Gege Hadjon, telah membuat para nelayan setempat dan dari luar Flores Timur jerah.

Kapal yang dibakar itu, karena terbukti melakukan aksi pengeboman ikan di perairan setempat serta Pengadilan Negeri setempat menjatuhkan vonis penjara bagi oknum nelayan yang terbukti menangkap ikan dengan cara melepas bom.

"Ini cukup memberikan efek jerah sehingga sampai sekarang sudah tak ada lagi ditemukan kasus-kasus pengeboman ikan di wilayah perairan Flores Timur dan sekitarnay," ujarnya.

Baca juga: NTT undang investor bangun industri pengalengan ikan

Agustinus mengatakan penertiban aksi-aksi penangkapan ikan secara ilegal itu, menjadi perhatian utama pemerintahannya bersama Bupati Antonius Gege Hadjon dengan salah satu misi utama menyelamatkan laut bagi anak cucu Flores Timur.

Ia menambahkan, selain penegakan aturan hukum, pemerintah juga fokus membina masyarakat nelayan trandisional dengan menyiapkan bantuan kapal dan alat tangkap yang ramah lingkungan, seperti pukat untuk menangkap ikan dasar, serta alat pancing untuk menangkap tuna dan cakalang.

"Dulu alokasi bantuan seperti ini hanya sekitar Rp1 miliar tapi sekarang kami alokasikan Rp5 miliar hingga Rp7 miliar untuk para nelayan setempat," katanya.

Agustinus berharap dukungan bantuan seperti ini bisa menyadarkan warga nelayan untuk menangkap ikan dengan peralatan ramah lingkungan agar terumbu karang dan eksosistem laut yang menjadi tempat bertelurnya berbagai jenis ikan, tetap terjaga.

Baca juga: NTT siapkan ikan untuk kerja sama selatan-selatan