Artikel - Menebalkan cinta tanah dan air dalam perayaan kemerdekaan
Oleh Donatus Dasapurna Putranta
Di laut tersebut banyak terkandung potensi sumber daya alam dan mineral yang menjadi sumber kehidupan dan perekonomian masyarakat...
Mentok, Babel (ANTARA) - Bulan Agustus merupakan bulan suka cita bagi seluruh bangsa Indonesia dan menjadi momentum tepat untuk menyuburkan kembali semangat gotong royong.
Perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia banyak diekspresikan masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan penuh suka cita, antara lain diisi dengan lomba yang unik dan menarik, gelar pentas seni dan pawai budaya serta kegiatan lain yang mendatangkan keseruan serta kegembiraan.
Untuk mewujudkan berbagai kegiatan tersebut, masyarakat bersama-sama bergotong royong, saling bantu dan tidak sedikit yang suka rela mengorbankan waktu, tenaga, benda dan uang agar pelaksanaan kegiatan berjalan sukses dan menghadirkan kegembiraan bersama.
Namun tidak sedikit juga yang memanfaatkan momentum tersebut dalam suasana serius dengan introspeksi diri agar ke depan bisa berbuat lebih baik lagi untuk bangsa dan negeri tercinta.
Sebagai generasi terdidik, berakal budi dan barakhlak mulia, puluhan pemuda yang didominasi para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Provinsi Bangka Belitung memanfaatkan peringatan Kemerdekaan RI dengan melaksanakan upacara pengibaran Bendera Merah Putih di puncak tertinggi Gunung Maras, gunung tertinggi di Pulau Bangka.
Bukan tanpa alasan mereka menggelar upacara bendera di lokasi itu, selain untuk memperkuat rasa persatuan, kesatuan dan semangat nasionalisme, melalui kegiatan itu juga diharapkan bisa menjadi pengingat pentingnya menjaga kelestarian alam untuk kehidupan di masa mendatang.
Para pegiat lingkungan di Babel itu juga ingin merefleksikan bagaimana nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika menyatukan bangsa, menumbuhkan semangat cinta alam dalam diri generasi muda, sehingga bangsa Indonesia menjadi semakin optimistis mampu pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat.
Pesan dari upacara sederhana di puncak tertinggi Gunung Maras ini diharapkan sampai kepada seluruh generasi muda, khususnya di Babel agar selalu menjaga alam, memanfaatkan alam dengan rasa penuh tanggung jawab karena alam akan mengembalikan kebaikan manusia dengan kebaikan yang setimpal.
Usai kegiatan, para peserta menuruni gunung dengan medan yang cukup melelahkan, namun mereka tetap bersemangat memunguti sampah yang ditemui di sepanjang perjalanan sebagai bukti kepedulian mereka terhadap lingkungan di jalur pendakian agar tetap asri dan bersih.
Pendaki senior Vicky Hendriawan yang turut dalam rombongan tersebut mengajak seluruh pendaki yang ada di sekitar Campground Bukit Maras untuk menjaga kebersihan dan kelestarian alam sekitar sebagai salah satu bentuk cinta terhadap tanah air.
Mereka berharap persoalan sampah di kawasan Taman Nasional Gunung Maras menjadi perhatian bersama. Karenanya, kegiatan seperti ini akan dilaksanakan secara berkelanjutan untuk menumbuhkan kesadaran bagi semua pihak agar ke depan lingkungan menjadi semakin asri.
Mengingat Laut
Di ujung barat Pulau Bangka, tepatnya di Perairan Karang Berang Berang, Mentok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, puluhan warga nelayan Dusun Sukal bersama TNI, Polri, Basarnas, BPBD, dan beberapa perwakilan komunitas juga memiliki cara unik merayakan momentum peringatan Kemerdekaan.
Di Perairan Karang Berang Berang yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Dusun Sukal, Mentok, yang selama ini menjadi lokasi andalan bagi warga nelayan, terutama nelayan Dusun Sukal untuk mencari ikan, pada 17 Agustus 2022, dilaksanakan pengibaran bendera di bawah permukaan laut yang diinisiasi Pangkalan TNI Angkatan Laut Babel.
Pengibaran bendera oleh para penyelam terlatih tersebut merupakan salah satu lokasi dari 77 titik pengibaran bendera di bawah permukaan air laut yang dilaksanakan TNI AL di seluruh Indonesia.
Dengan menggunakan sejumlah perahu tradisional dan perahu operasional Basarnas Babel, rombongan peserta bersama para nelayan menuju lokasi.
Begitu tiba di lokasi, para peserta yang sudah beberapa hari melakukan persiapan, bersama-sama melakukan penyelaman untuk memulai prosesi pengibaran bendera Merah Putih.
Para nelayan itu merasa bangga bisa terlibat dalam pengibaran bendera di perairan Karang Berang Berang. Mereka berharap ke depan Indonesia bisa menjadi lebih baik dan masyarakat pesisir semakin maju sejahtera.
Pada kesempatan itu, Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Babel Letkol Laut (P) Dadan Hamdani mengatakan pengibaran bendera merah putih kali ini merupakan upaya untuk mengingatkan kembali kejayaan maritim Indonesia.
Prajurit matra laut itu ingin menumbuhkan kembali jiwa maritim Indonesia, kesadaran bahwa kita ini hidup di negara kepulauan terbesar yang pernah mengalami masa kejayaan.
Pada kesempatan itu, Wakil Bupati Bangka Barat Bong Ming Ming juga ikut menyelam bersama nelayan dan prajurit.
Kabupaten Bangka Barat memiliki luas laut 169.028,1 hektare atau 1.690,281 kilometer persegi dengan panjang garis pantai kurang lebih 273 kilometer yang terdapat di enam kecamatan, meliputi Kecamatan Muntok, Simpang Teritip, Tempilang, Kelapa, Jebus dan Parittiga.
Di laut tersebut banyak terkandung potensi sumber daya alam dan mineral yang menjadi sumber kehidupan dan perekonomian masyarakat.
Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Bangka Barat dari sebanyak 1.772 unit industri kecil dan menengah (IKM) yang ada di daerah itu, lebih dari 700 unit melibatkan lebih dari tiga ribu tenaga kerja untuk memanfaatkan hasil tangkapan laut sebagai bahan baku produksi berbagai jenis makanan olahan.
Jumlah tersebut baru dari sisi pelaku industri, belum lagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang jumlahnya tentu lebih banyak, karena para pedagang, toko dan rumah makan juga termasuk di dalamnya.
Selain itu, laut juga menjadi sumber kehidupan bagi ribuan warga yang berprofesi sebagai nelayan, nelayan musiman, nelayan budi daya, termasuk pelaku usaha tambak yang dikelola perusahaan maupun warga.
Berkah Laut
Begitu pentingnya peran laut sebagai sumber mata pencaharian dan kehidupan warga di daerah kepulauan ini menginspirasi perupa Anung Nungser untuk mengabadikannya dalam bentuk karya seni rupa tiga dimensi berjudul "Berkah Laot".
Karya yang sempat dipajang dalam Pameran Seni Rupa Nusantara dalam rangka Pekan Kebudayaan Nasional 2021 di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta tersebut cukup menarik dan dinilai berhasil merepresentasikan kekayaan laut Pulau Bangka sebagai sumber kehidupan warganya.
Masyarakat yang mewarisi pengetahuan tradisional dari pendahulu mampu mengolah hasil tangkapan di laut menjadi olahan pangan yang kini masih tetap populer sebagai makanan khas Pulau Bangka.
Baca juga: Artikel - Menjadikan kopi sebagai mata pencaharian
Sejarah perjalanan panjang serta pengaruh singgungan beragam etnis di Pulau Bangka menjadikan produk olahan pangan sangat beragam, seperti pempek, kerupuk, kempelang, keripik, terasi, rusip, ikan asin, teri nasi, otak-otak, abon dan lainnya.
Dalam karya tersebut Anung ingin menyampaikan bahwa selama ini laut menjadi salah satu sumber kehidupan manusia yang tinggal di daerah kepulauan, sehingga penting untuk terus dijaga kelestariannya.
Baca juga: Artikel - Menjaga momentum kebangkitan ekonomi
Berbagai produk makanan olahan telah menjadi budaya yang tidak terlepas dari masyarakat setempat, bahkan di era ekonomi kreatif saat ini sudah banyak produk yang mampu menembus pasar nasional dan internasional.
Karya Berkah Laot berbentuk ikan menyerupai guling berbahan kapas sintetis dengan tambahan berbagai gambar cap kemasan beragam makanan olahan pangan hasil laut yang dikerjakan dengan teknik cetak saring di atas kanvas.
Baca juga: Artikel - Kala Indonesia tunjukkan tajinya di puncak kepemimpinan global
Karya ini sebagai pengingat akan pentingnya menjaga kelestarian laut yang selama ini telah memberikan kita berkah luar biasa dalam kehidupan, baik dari sisi ekonomi maupun budaya masyarakat kepulauan, dari generasi ke generasi.
Perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia banyak diekspresikan masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan penuh suka cita, antara lain diisi dengan lomba yang unik dan menarik, gelar pentas seni dan pawai budaya serta kegiatan lain yang mendatangkan keseruan serta kegembiraan.
Untuk mewujudkan berbagai kegiatan tersebut, masyarakat bersama-sama bergotong royong, saling bantu dan tidak sedikit yang suka rela mengorbankan waktu, tenaga, benda dan uang agar pelaksanaan kegiatan berjalan sukses dan menghadirkan kegembiraan bersama.
Namun tidak sedikit juga yang memanfaatkan momentum tersebut dalam suasana serius dengan introspeksi diri agar ke depan bisa berbuat lebih baik lagi untuk bangsa dan negeri tercinta.
Sebagai generasi terdidik, berakal budi dan barakhlak mulia, puluhan pemuda yang didominasi para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Provinsi Bangka Belitung memanfaatkan peringatan Kemerdekaan RI dengan melaksanakan upacara pengibaran Bendera Merah Putih di puncak tertinggi Gunung Maras, gunung tertinggi di Pulau Bangka.
Bukan tanpa alasan mereka menggelar upacara bendera di lokasi itu, selain untuk memperkuat rasa persatuan, kesatuan dan semangat nasionalisme, melalui kegiatan itu juga diharapkan bisa menjadi pengingat pentingnya menjaga kelestarian alam untuk kehidupan di masa mendatang.
Para pegiat lingkungan di Babel itu juga ingin merefleksikan bagaimana nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika menyatukan bangsa, menumbuhkan semangat cinta alam dalam diri generasi muda, sehingga bangsa Indonesia menjadi semakin optimistis mampu pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat.
Pesan dari upacara sederhana di puncak tertinggi Gunung Maras ini diharapkan sampai kepada seluruh generasi muda, khususnya di Babel agar selalu menjaga alam, memanfaatkan alam dengan rasa penuh tanggung jawab karena alam akan mengembalikan kebaikan manusia dengan kebaikan yang setimpal.
Usai kegiatan, para peserta menuruni gunung dengan medan yang cukup melelahkan, namun mereka tetap bersemangat memunguti sampah yang ditemui di sepanjang perjalanan sebagai bukti kepedulian mereka terhadap lingkungan di jalur pendakian agar tetap asri dan bersih.
Pendaki senior Vicky Hendriawan yang turut dalam rombongan tersebut mengajak seluruh pendaki yang ada di sekitar Campground Bukit Maras untuk menjaga kebersihan dan kelestarian alam sekitar sebagai salah satu bentuk cinta terhadap tanah air.
Mereka berharap persoalan sampah di kawasan Taman Nasional Gunung Maras menjadi perhatian bersama. Karenanya, kegiatan seperti ini akan dilaksanakan secara berkelanjutan untuk menumbuhkan kesadaran bagi semua pihak agar ke depan lingkungan menjadi semakin asri.
Mengingat Laut
Di ujung barat Pulau Bangka, tepatnya di Perairan Karang Berang Berang, Mentok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, puluhan warga nelayan Dusun Sukal bersama TNI, Polri, Basarnas, BPBD, dan beberapa perwakilan komunitas juga memiliki cara unik merayakan momentum peringatan Kemerdekaan.
Di Perairan Karang Berang Berang yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Dusun Sukal, Mentok, yang selama ini menjadi lokasi andalan bagi warga nelayan, terutama nelayan Dusun Sukal untuk mencari ikan, pada 17 Agustus 2022, dilaksanakan pengibaran bendera di bawah permukaan laut yang diinisiasi Pangkalan TNI Angkatan Laut Babel.
Pengibaran bendera oleh para penyelam terlatih tersebut merupakan salah satu lokasi dari 77 titik pengibaran bendera di bawah permukaan air laut yang dilaksanakan TNI AL di seluruh Indonesia.
Dengan menggunakan sejumlah perahu tradisional dan perahu operasional Basarnas Babel, rombongan peserta bersama para nelayan menuju lokasi.
Begitu tiba di lokasi, para peserta yang sudah beberapa hari melakukan persiapan, bersama-sama melakukan penyelaman untuk memulai prosesi pengibaran bendera Merah Putih.
Para nelayan itu merasa bangga bisa terlibat dalam pengibaran bendera di perairan Karang Berang Berang. Mereka berharap ke depan Indonesia bisa menjadi lebih baik dan masyarakat pesisir semakin maju sejahtera.
Pada kesempatan itu, Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Babel Letkol Laut (P) Dadan Hamdani mengatakan pengibaran bendera merah putih kali ini merupakan upaya untuk mengingatkan kembali kejayaan maritim Indonesia.
Prajurit matra laut itu ingin menumbuhkan kembali jiwa maritim Indonesia, kesadaran bahwa kita ini hidup di negara kepulauan terbesar yang pernah mengalami masa kejayaan.
Pada kesempatan itu, Wakil Bupati Bangka Barat Bong Ming Ming juga ikut menyelam bersama nelayan dan prajurit.
Kabupaten Bangka Barat memiliki luas laut 169.028,1 hektare atau 1.690,281 kilometer persegi dengan panjang garis pantai kurang lebih 273 kilometer yang terdapat di enam kecamatan, meliputi Kecamatan Muntok, Simpang Teritip, Tempilang, Kelapa, Jebus dan Parittiga.
Di laut tersebut banyak terkandung potensi sumber daya alam dan mineral yang menjadi sumber kehidupan dan perekonomian masyarakat.
Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian Kabupaten Bangka Barat dari sebanyak 1.772 unit industri kecil dan menengah (IKM) yang ada di daerah itu, lebih dari 700 unit melibatkan lebih dari tiga ribu tenaga kerja untuk memanfaatkan hasil tangkapan laut sebagai bahan baku produksi berbagai jenis makanan olahan.
Jumlah tersebut baru dari sisi pelaku industri, belum lagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang jumlahnya tentu lebih banyak, karena para pedagang, toko dan rumah makan juga termasuk di dalamnya.
Selain itu, laut juga menjadi sumber kehidupan bagi ribuan warga yang berprofesi sebagai nelayan, nelayan musiman, nelayan budi daya, termasuk pelaku usaha tambak yang dikelola perusahaan maupun warga.
Berkah Laut
Begitu pentingnya peran laut sebagai sumber mata pencaharian dan kehidupan warga di daerah kepulauan ini menginspirasi perupa Anung Nungser untuk mengabadikannya dalam bentuk karya seni rupa tiga dimensi berjudul "Berkah Laot".
Karya yang sempat dipajang dalam Pameran Seni Rupa Nusantara dalam rangka Pekan Kebudayaan Nasional 2021 di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta tersebut cukup menarik dan dinilai berhasil merepresentasikan kekayaan laut Pulau Bangka sebagai sumber kehidupan warganya.
Masyarakat yang mewarisi pengetahuan tradisional dari pendahulu mampu mengolah hasil tangkapan di laut menjadi olahan pangan yang kini masih tetap populer sebagai makanan khas Pulau Bangka.
Baca juga: Artikel - Menjadikan kopi sebagai mata pencaharian
Sejarah perjalanan panjang serta pengaruh singgungan beragam etnis di Pulau Bangka menjadikan produk olahan pangan sangat beragam, seperti pempek, kerupuk, kempelang, keripik, terasi, rusip, ikan asin, teri nasi, otak-otak, abon dan lainnya.
Dalam karya tersebut Anung ingin menyampaikan bahwa selama ini laut menjadi salah satu sumber kehidupan manusia yang tinggal di daerah kepulauan, sehingga penting untuk terus dijaga kelestariannya.
Baca juga: Artikel - Menjaga momentum kebangkitan ekonomi
Berbagai produk makanan olahan telah menjadi budaya yang tidak terlepas dari masyarakat setempat, bahkan di era ekonomi kreatif saat ini sudah banyak produk yang mampu menembus pasar nasional dan internasional.
Karya Berkah Laot berbentuk ikan menyerupai guling berbahan kapas sintetis dengan tambahan berbagai gambar cap kemasan beragam makanan olahan pangan hasil laut yang dikerjakan dengan teknik cetak saring di atas kanvas.
Baca juga: Artikel - Kala Indonesia tunjukkan tajinya di puncak kepemimpinan global
Karya ini sebagai pengingat akan pentingnya menjaga kelestarian laut yang selama ini telah memberikan kita berkah luar biasa dalam kehidupan, baik dari sisi ekonomi maupun budaya masyarakat kepulauan, dari generasi ke generasi.