Labuan Bajo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur memastikan melakukan intervensi perbaikan gizi pada anak-anak yang mengalami gizi kurang, gizi buruk, dan stunting di daerah pariwisata super prioritas itu.
"Ada 8.085 anak yang bermasalah dengan gizi pada tahun 2022 dan semuanya telah mendapatkan intervensi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat Paulus Mami di Labuan Bajo, Kamis, (26/1/2023).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan setempat per tahun 2022, ada 3.916 anak mengalami gizi kurang, anak stunting sebanyak 3.711, dan gizi buruk sebanyak 458 anak. Pemerintah daerah melakukan berbagai macam intervensi untuk memenuhi asupan gizi anak-anak tersebut.
Ia menjelaskan Dinas Kesehatan telah melakukan penimbangan dan pemberian makanan tambahan (PMT). Desa-desa yang ada di Manggarai Barat pun memiliki Pos Gizi agar PMT bisa lebih terfokus.
Selain dua hal itu, para petugas puskesmas maupun kader/bidan desa selalu memberikan edukasi kepada warga untuk memerhatikan gizi anak. Para orang tua diberi pelatihan untuk menyediakan makanan yang bergizi dari anak. Pekarangan rumah juga ditanami berbagai sayur dan buah agar dapat menjadi sumber gizi bagi keluarga.
"Intervensi berupa perawatan anak gizi buruk juga terus dilakukan," ucap Paulus.
Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi mengatakan stunting merupakan salah satu masalah serius yang menjadi perhatian pemerintah. Kondisi gagal tumbuh anak tersebut berkaitan erat dengan pemenuhan gizi keluarga baik terutama sejak anak dalam kandungan ibu.
Komitmen pemerintah daerah setempat dalam meningkatkan kualitas gizi anak telah dinyatakan dalam penandatangan komitmen penurunan angka stunting oleh 22 kepala puskesmas dan pemangku kepentingan terkait.
Ia mengatakan puskesmas dan posyandu memiliki peran penting dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi yang baik untuk mencegah anak kekurangan gizi.
Para petugas harus mengambil langkah strategis untuk mendata anak-anak yang kekurangan gizi agar intervensi yang dilakukan tepat sasaran.
Untuk itu, pemerintah daerah mendorong para petugas puskesmas dan posyandu untuk semakin bergerak aktif dan mengoptimalkan segala sumber daya dalam penanganan masalah gizi buruk, gizi kurang, dan stunting di Manggarai Barat.
"Para petugas itu harus mengawasi segala kegiatan baik pemberian PMT dan memikirkan cara apabila berat badan anak tidak naik setelah diintervensi," kata dia.
Baca juga: Artikel - Rekam jejak penyebab stunting pada anak
Baca juga: 13.629 anak di NTT masih alami kekerdilan