Artikel - Invasi Rusia di Ukraina membuat NATO merasa kian relevan?

id NATO, KTT NATO 2023,Konflik Rusia Ukraina,Relevansi NATO,artikel perang Oleh Jafar M Sidik

Artikel - Invasi Rusia di Ukraina membuat NATO merasa kian relevan?

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, Presiden Turki =Recep Tayyip Erdogan dan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson pada 10 Juli 2023, menjelang KTT NATO di Vilnius, Lithuania. (NATO)

...Sulit untuk tak menyebut invasi ke Ukraina sebagai upaya Rusia menggertak negara-negara yang berusaha menjauhi Rusia, tetapi manuver ini juga menjadi bumerang karena sejumlah negara Eropa malah semakin ingin bergabung dengan NATO
Selama separuh abad, dunia dihinggapi Perang Dingin. Negara-negara diharuskan memilih antara Blok Barat dan Blok Timur, sampai pada 1962 sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia, membangun kekuatan alternatif, bernama Gerakan Non Blok.

Pada akhir 1990-an, peta geopolitik global berubah drastis, setelah Blok Timur ambruk pada Juli 1991, yang diawali oleh munculnya gerakan Solidaritas di Polandia dan runtuhnya Tembok Berlin pada November 1989.

Empat bulan setelah Pakta Warsawa bubar, Uni Soviet bubar pada 26 Desember 1991. Seluruh dari 15 republik dalam Uni Soviet pun memerdekakan diri guna membentuk 15 negara merdeka, termasuk Ukraina.

Dua puluh tahun setelah itu, 13 negara eks Blok Timur, termasuk tiga negara pecahan Soviet (Estonia, Latvia dan Lithuania), bergabung dalam NATO.

Rusia yang dianggap "pewaris Uni Soviet" tak menerima kenyataan ini. Perasaan dikepung NATO membuncah, terutama sejak Vladimir Putin menjadi Presiden Rusia.

Putin merasa NATO telah mengkhianati komitmennya untuk tidak memperluas keanggotaan NATO ke timur Eropa.

Tiga tahun setelah tiga negara Baltik pecahan Soviet bergabung dalam NATO, pada Konferensi Keamanan Muenchen 2007, Putin pun terang-terangan menuding Barat telah ingkar janji. Sebaliknya, AS dan sekutu-sekutunya merasa tidak melanggar apa-apa.

Mereka berkilah, apa yang dijanjikan James Baker (saat itu menteri luar negeri AS) pada 9 Februari 1990 kepada pemimpin Soviet terakhir Mikhail Gorbachev, adalah hanya berkaitan dengan Jerman Timur yang waktu itu di ambang menyatu lagi dengan Jerman Barat.

Menurut Amelie Zima, doktor ilmu politik pada Thucydide Centre di Paris, ketika Baker menjanjikan hal itu, Uni Soviet dan Pakta Warsawa masih berdiri. Pakta Warsawa bubar pada Juli 1991.

"Kita tak dapat menyatakan ada pengkhianatan karena rangkaian peristiwa yang lalu menata ulang konfigurasi keamanan di Eropa belumlah terjadi," kata Zima seperti dikutip laman french24.

Dalam kata lain, saat Barat menjamin tak akan memperluas keanggotaan NATO ke timur, tidak ada orang yang mengira Soviet dan Pakta Warsawa bakal runtuh.

Oke, itu mungkin pembelaan Barat, dan Rusia berhak merasa dikepung Barat.

Tetapi, Barat juga berhak berpandangan bahwa adalah kepentingan nasional sebuah negara untuk bergabung dengan organisasi mana pun, termasuk NATO, walau NATO tak akan memberikan keanggotaan kepada negara yang sedang berkonflik wilayah dengan negara lain.

Pandangan ini yang membuat NATO menerima Finlandia dan Swedia yang melihat pakta pertahanan ini bisa memberikan payung keamanan yang bisa menangkal agresi dari negara lain.


Payung keamanan