Artikel - Melindungi areal sawah, menjaga swasembada pangan
Bukan bermaksud untuk menghalangi pertumbuhan investasi, melainkan untuk memastikan ketersediaan lahan pertanian demi menjaga swasembada pangan...
Langkah konkret berikutnya dengan penanganan antisipasi terhadap areal persawahan terdampak musibah banjir melalui skema bantuan jangka pendek hingga panjang sebagai upaya pemulihan berkelanjutan.
Jangka pendek dengan mendistribusikan bantuan berupa pupuk serta benih kepada para petani terdampak, baik bersumber dari alokasi pembiayaan pemerintah daerah maupun pengajuan bantuan kepada pemerintah pusat.
Adapun penanganan jangka panjang dilakukan dengan normalisasi saluran sekunder oleh Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi Kabupaten Bekasi, serta normalisasi jaringan tersier yang langsung mengarah ke lahan persawahan oleh Dinas Pertanian.
Kemudian mengajukan usulan asuransi usaha tanam padi bagi seluruh kegiatan budi daya tanam padi dengan kategori subsidi per hektare senilai Rp38.000 dengan skema klaim, antara lain, rusak karena organisme pengganggu tumbuhan seperti hama wereng dan dampak perubahan iklim.
Asuransi yang melindungi usaha pertanian ini penting mengingat letak geografis Kabupaten Bekasi yang merupakan dataran rendah dan wilayah hilir dari daerah aliran sungai yang menjadi faktor penyebab banjir.
Tak hanya penanganan areal sawah terdampak banjir, pemerintah daerah juga menyiapkan sejumlah langkah mitigasi guna mencegah dampak kekeringan pada lahan persawahan dari potensi puncak fenomena El Nino pada Agustus-September tahun ini.
Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi sudah menyosialisasikan pola tanam kepada para petani yang mengelola lahan sawah tadah hujan maupun sumber air yang berasal dari irigasi, sesuai instruksi Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan sebagai upaya mitigasi dampak El Nino.
Apabila lahan pertanian tergolong rawan kekeringan maka para petani diminta tidak memaksakan diri melakukan tanam padi namun disarankan untuk beralih menanam palawija seperti jagung atau kedelai yang membutuhkan sedikit air untuk menghindari puso atau gagal panen.
Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi juga telah memetakan lahan pertanian yang mengalami kekeringan akibat terdampak fenomena El Nino sebagai upaya mitigasi dalam rangka meminimalisir potensi kerugian petani.
Berdasarkan laporan tim lapangan sampai dengan Minggu (6/8), sejumlah wilayah pertanian di daerah itu sudah mulai terdampak kekeringan akibat fenomena El Nino.
Areal persawahan seluas total 1 hektare berstatus lahan persemaian di Kecamatan Tambelang sudah mengalami kekeringan. Sebanyak 17 hektare lahan pertanaman di kecamatan itu juga mengalami kondisi serupa.
Pemerintah daerah menindaklanjuti temuan lapangan itu melalui pompanisasi saluran sekunder ke areal persawahan dengan menyiapkan dua pompa ukuran tiga inci. Juga kerja bakti di saluran tersier sepanjang 1 kilometer.
Selain di Kecamatan Tambelang, wilayah lain yakni Kecamatan Tarumajaya juga mengalami kondisi serupa, hanya saja kekeringan areal persawahan di lokasi ini lebih disebabkan saluran air tidak mengalir karena tersumbat sampah. Penanganan dilakukan dengan pembersihan saluran dari sampah.
Pemerintah Kabupaten Bekasi pun terus memantau harga dan ketersediaan pangan sebagai upaya mencegah kelangkaan beras pada periode puncak El Nino saat ini. Tim Pengendali Inflasi Daerah Kabupaten Bekasi terus memutakhirkan data harga dan stok pangan di pasar.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami musim kemarau ekstrem yang dipicu oleh fenomena El Nino.
Baca juga: Artikel - Kaum milenial dan pertanian masa depan
Beberapa wilayah yang diprediksi akan mengalami curah hujan sangat rendah mencakup sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan, Tengah, dan Tenggara.
Baca juga: Telaah - Menuju kebangkitan petani Indonesia
BMKG juga memrediksi puncak El Nino yang diperkirakan terjadi pada Agustus-September, akan terus dirasa pengaruhnya hingga Desember tahun ini.
Oleh karena itu, kewaspadaan harus tetap dijaga dan langkah-langkah mitigasi perlu dilakukan. Pun oleh Pemkab Bekasi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mengunci luas sawah Bekasi, menjaga swasembada pangan
Jangka pendek dengan mendistribusikan bantuan berupa pupuk serta benih kepada para petani terdampak, baik bersumber dari alokasi pembiayaan pemerintah daerah maupun pengajuan bantuan kepada pemerintah pusat.
Adapun penanganan jangka panjang dilakukan dengan normalisasi saluran sekunder oleh Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi Kabupaten Bekasi, serta normalisasi jaringan tersier yang langsung mengarah ke lahan persawahan oleh Dinas Pertanian.
Kemudian mengajukan usulan asuransi usaha tanam padi bagi seluruh kegiatan budi daya tanam padi dengan kategori subsidi per hektare senilai Rp38.000 dengan skema klaim, antara lain, rusak karena organisme pengganggu tumbuhan seperti hama wereng dan dampak perubahan iklim.
Asuransi yang melindungi usaha pertanian ini penting mengingat letak geografis Kabupaten Bekasi yang merupakan dataran rendah dan wilayah hilir dari daerah aliran sungai yang menjadi faktor penyebab banjir.
Tak hanya penanganan areal sawah terdampak banjir, pemerintah daerah juga menyiapkan sejumlah langkah mitigasi guna mencegah dampak kekeringan pada lahan persawahan dari potensi puncak fenomena El Nino pada Agustus-September tahun ini.
Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi sudah menyosialisasikan pola tanam kepada para petani yang mengelola lahan sawah tadah hujan maupun sumber air yang berasal dari irigasi, sesuai instruksi Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan sebagai upaya mitigasi dampak El Nino.
Apabila lahan pertanian tergolong rawan kekeringan maka para petani diminta tidak memaksakan diri melakukan tanam padi namun disarankan untuk beralih menanam palawija seperti jagung atau kedelai yang membutuhkan sedikit air untuk menghindari puso atau gagal panen.
Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi juga telah memetakan lahan pertanian yang mengalami kekeringan akibat terdampak fenomena El Nino sebagai upaya mitigasi dalam rangka meminimalisir potensi kerugian petani.
Berdasarkan laporan tim lapangan sampai dengan Minggu (6/8), sejumlah wilayah pertanian di daerah itu sudah mulai terdampak kekeringan akibat fenomena El Nino.
Areal persawahan seluas total 1 hektare berstatus lahan persemaian di Kecamatan Tambelang sudah mengalami kekeringan. Sebanyak 17 hektare lahan pertanaman di kecamatan itu juga mengalami kondisi serupa.
Pemerintah daerah menindaklanjuti temuan lapangan itu melalui pompanisasi saluran sekunder ke areal persawahan dengan menyiapkan dua pompa ukuran tiga inci. Juga kerja bakti di saluran tersier sepanjang 1 kilometer.
Selain di Kecamatan Tambelang, wilayah lain yakni Kecamatan Tarumajaya juga mengalami kondisi serupa, hanya saja kekeringan areal persawahan di lokasi ini lebih disebabkan saluran air tidak mengalir karena tersumbat sampah. Penanganan dilakukan dengan pembersihan saluran dari sampah.
Pemerintah Kabupaten Bekasi pun terus memantau harga dan ketersediaan pangan sebagai upaya mencegah kelangkaan beras pada periode puncak El Nino saat ini. Tim Pengendali Inflasi Daerah Kabupaten Bekasi terus memutakhirkan data harga dan stok pangan di pasar.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami musim kemarau ekstrem yang dipicu oleh fenomena El Nino.
Baca juga: Artikel - Kaum milenial dan pertanian masa depan
Beberapa wilayah yang diprediksi akan mengalami curah hujan sangat rendah mencakup sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan, Tengah, dan Tenggara.
Baca juga: Telaah - Menuju kebangkitan petani Indonesia
BMKG juga memrediksi puncak El Nino yang diperkirakan terjadi pada Agustus-September, akan terus dirasa pengaruhnya hingga Desember tahun ini.
Oleh karena itu, kewaspadaan harus tetap dijaga dan langkah-langkah mitigasi perlu dilakukan. Pun oleh Pemkab Bekasi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mengunci luas sawah Bekasi, menjaga swasembada pangan