Antrean Kendaraan Di Kupang Normal Kembali

id kuota bbm, subsidi non subsidi

Kupang (Antara NTT) - Antrian kendaraan roda empat dan roda dua untuk mendapatkan solar dan premium di 11 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dalam Kota Kupang, Nusa Tengara Timur (NTT) dan sekitarnya kembali normal setelah distribusi sesuai dengan permintaan mitra kerja.

"Saat ini Pertamina sebagai operator kembali melayani permintaan SPBU sebanyak 15 ribu ton seperti sebelum dilakukan pengendalian BBM dengan penghematan mencapai 30 persen, sehingga saat ini antrean di SPBU tidak ada lagi," kata Sales Representative Pertamina Cabang Kupang, Sonny Indroprabowo, di Kupang, Kamis.

Ia dihubungi terkait normalnya antrian kendaraan di sejumlah SPBU dalam Kota Kupang dan sekitarnya, sekaligus antisipasi stok BBM menjelang akhir tahun untuk menghindari antrean panjang seperti sebelumnya.

Menurut dia, catatan Pertamina sampai dengan 24 November 2012, realisasi penyaluran Premium mencapai 25,2 juta KL dan solar sebanyak 12,9 juta KL.

Dengan normalisasi penyaluran BBM bersubsidi tersebut diperkirakan kuota BBM bersubsidi akan terlampaui masing-masing sekitar 450.000 KL premium dan 800.000 KL solar.

Ia mengatakan, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) subsidi premium dan solar terjadi di beberapa daerah akhir-akhir ini akibat menpisnya persediaan dan telah menyebabkan kerusuhan sosial. Situasi ini harus dikendalikan untuk menghindari dampak yang lebih buruk secara sosial maupun ekonomi.

Anggota DPR RI Komisi VII, Rofi Munawar, Rabu (28/11), menanggapi kelangkaan BBM bersubsidi akhir-akhir ini karena lemahnya manajemen stok dan pengendalian yang buruk terhadap proses penyaluran BBM bersubsidi. Berbagai program penghematan oleh Pemerintah gagal dalam implementasi di lapangan.

Padahal dalam APBN-P 2012 ditetapkan kebutuhan BBM subsidi sebanyak 40 juta kilo liter, kemudian Pemerintah mengajukan kembali tambahan sebanyak 4 juta kiloliter kepada DPR sebesar 44 juta kiloliter.

Namun diprediksi tambahan kuota itu tidak mencukupi, mengingat saat ini telah terjadi kelangkaan BBM subsidi di berbagai daerah.

"Kuota tambahan tersebut ternyata tidak mencukupi, tergambar dari kelangkaan yang terjadi di berbagai daerah. Ironisnya, angka overkuota tahun 2012 lebih besar dibandingkan tahun 2010 dan 2011 yang overkuota nya rata-rata hanya sebesar 2 juta kilo liter," tegas Rofi.

Legislator dari Jatim ini menambahkan, Pemerintah harus melakukan inventarisasi kebutuhan dan alokasi BBM dengan tepat hingga akhir tahun di berbagai daerah, di sisi lain harus serius dalam menekan kebocoran dan penyelewengan yang terjadi selama ini.

Konsumsi solar dalam lima tahun terakhir meningkat rata-rata enam persen. Adapun, konsumsi premium meningkat rata-rata delapan persen per tahun. Bahkan, pada 2011 peningkatan konsumsi premium nasional mencapai 11 persen, dan merupakan yang tertinggi dalam sejarah.

Apakah akan menambah kouta BBM bersubsidi untuk NTT menjalang akhir tahun, Sonny mengatakan, biasanya ada kebijakan seperti itu, namun hingga saat ini belum ada kebijakan tambahan, karena stok yang ada saat ini masih cukup untuk melayani kebutuhan warga di Provinsi berbasis kepulauan ini.

Untuk diketahui PT Pertamina Pemasaran Region V (yang juga meliputi NTT) misalnya, mencatat sisa bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk wilayah Jawa Timur sudah sangat kritis. Hingga akhir Oktober, stok BBM hanya tersisa 818,8 ribu kiloliter, atau 14 persen dari total kuota BBM 5,78 juta kiloliter.

Konsumsi BBM subsidi di Jawa Timur pada periode Januari-Oktober 2012 mencapai 4,96 juta kiloliter, atau 85,8 persen dari total kuota. Ia memerinci, untuk konsumsi Premium mencapai 3,24 juta kiloliter dan solar sebesar 1,7 juta kiloliter.

Artinya, konsumsi Premium hingga Oktober 2012 berlebih dua persen dan solar berlebih empat persen.