Sarang penyu ditemukan pada Januari-Maret 2024 di Manggarai Barat

id Warga,Sarang Penyu, Fadil Mubaraq, Pokmaswas Bangko Bersatu, Manggarai Barat Mabar, Desa Nanga Bere, NTT, Penyu, TNP Lau

Sarang penyu ditemukan pada Januari-Maret 2024 di Manggarai Barat

Suasana penangkaran semi alami Beo Lejong Penyu yang dikelola Kelompok Pokmaswas Bangko bersatu dan Ikatan Pemuda Peduli Konservasi di Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT. (ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi)

Semoga ada perhatian dari pemerintah seperti mendukung dengan cara menghadirkan sarana/prasarana pendukung kegiatan,
Labuan Bajo (ANTARA) - Sebanyak dua sarang penyu ditemukan warga di pesisir pantai Desa Nanga Bere, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) selama Januari-Maret 2024.
 
"Satu sarang ditemukan 10 Februari 2024 lalu dan satu sarang lagi ditemukan kemarin, Minggu (24/3/2024)," kata Ketua Ikatan Pemuda Peduli Konservasi Fadil Mubarak selaku anggota Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Bangko Bersatu ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Senin (25/3).
 
Fadil menjelaskan telur penyu pada sarang pertama yang ditemukan warga telah menetas tiga hari setelah ditemukan.
 
Sehingga, lanjut dia, pada 13 Februari 2024 lalu warga melepasliarkan bayi penyu atau tukik ke laut.
 
"Sebanyak 64 ekor tukik jenis penyu sisik (Eretmochelys Imbricata) kami lepasliarkan ke Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu," jelasnya.
 
Fadil menambahkan pada temuan sarang telur penyu kedua, ditemukan sebanyak sebanyak 111 telur penyu.

Baca juga: Polisi bilang tersangka penangkapan penyu hijau diancam lima tahun penjara
Baca juga: Kelompok warga di Mabar telah melepas 1.800 penyu sejak 2021
 
Ratusan telur penyu tersebut, kata dia, direlokasi ke pusat pelestarian penyu yang disebut penangkaran semi alami Beo Lejong Penyu yang dikelola Kelompok Pokmaswas Bangko bersatu dan Ikatan Pemuda Peduli Konservasi.
 
"Setelah menunggu kurang lebih 45-60 hari telur tersebut menetas lalu kami akan melepasliarkan ke laut atau kami atur jadwal pelepasan bersama masyarakat," katanya.
 
Dia menjelaskan dalam melepasliarkan bayi penyu pihaknya juga mengundang Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang Wilayah Kerja Manggarai dan pemerintah desa setempat.
 
Sejak tahun 2017-2024, kata Fadil, masyarakat yang peduli konservasi itu telah melepasliarkan kurang lebih 3 ribu ekor bayi penyu ke TNP Laut Sawu.
 
Ia menjelaskan jenis penyu yang ditemukan dilepasliarkan adalah penyu sisik (Eretmochelys Imbricata), penyu lekang (Lepidochelys Olivacea) dan penyu hijau (Chelonia Mydas).
 
"Laporan masyarakat penyu jenis penyu belimbing hanya ada di tahun 1990an, karena dieksploitasi maka hingga kini sudah bisa dikatakan punah dari Pantai Nanga Bere," jelasnya.
 
Menurut dia perlindungan terhadap penyu sebagai biota laut yang dilindungi sangat penting karena diambang kepunahan.
 
Ia berharap masyarakat mulai sadar dan meninggalkan praktik-praktik eksploitasi biota penyu untuk kepentingan komersial dan konsumsi.
 
"Semoga ada perhatian dari pemerintah seperti mendukung dengan cara menghadirkan sarana/prasarana pendukung kegiatan, agar kegiatan peduli lingkungan seperti ini terus berlanjut," katanya.