Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) berkolaborasi dengan Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema Labuan Bajo City-Local Architecture Design: Inspiration for Creating a Local Sense of Place.
"FGD ini bertujuan untuk memperkuat dan menggali serta mengembangkan identitas lokal dengan meningkatkan kualitas desain arsitektur lokal yang mencerminkan budaya serta kearifan lokal Labuan Bajo Flores," kata Pelaksana Tugas (Plt) BPOLBF Frans Teguh dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Minggu (6/10).
Menggandeng berbagai pemangku kepentingan, diskusi ini juga berfokus pada rencana pembangunan patung Tuhan Yesus sebagai identitas untuk pengembangan wisata religi di Labuan Bajo Flores.
Patung tersebut diharapkan tidak hanya menjadi landmark identitas religi, tetapi juga mencerminkan spiritualitas dan nilai budaya masyarakat setempat.
Frans Teguh juga mengatakan setiap pembangunan arsitektur harus tetap berbasis budaya lokal yang berkelanjutan.
"Langkah ini diambil untuk memastikan pembangunan yang berkelanjutan serta menciptakan harmoni antara keindahan alam, kekayaan budaya, dan fasilitas pariwisata yang terus bertambah, dengan mengadopsi elemen-elemen tradisional dalam desain bangunan serta pengelolaan tata ruang yang ramah lingkungan, diharapkan suasana khas Labuan Bajo Flores tetap terjaga," katanya.
Selain itu, lanjut Frans Teguh, pengembangan potensi wisata religi juga menjadi bagian yang penting untuk destinasi wisata di kawasan Labuan Bajo Flores.
"Adanya wisata religi, wisatawan dapat menikmati perjalanan yang tidak hanya berfokus pada keindahan alam, tetapi juga pada kedalaman spiritual dan kultural daerah setempat," katanya.
Penjabat Sementara Bupati Manggarai Barat Ondy Christian Siagian dalam sambutannya menyampaikan perlunya sinergi dan kerja sama dari semua pihak yang berpegang teguh pada kearifan lokal di setiap aktivitas pembangunan.
“Setiap aktivitas pembangunan harus melibatkan kolaborasi berbagai pihak, seperti pemerintah, tokoh masyarakat, sektor swasta, dan stakeholder terkait agar semuanya berjalan selaras, hal ini penting karena sejak zaman dahulu, nenek moyang kita memiliki norma-norma untuk melindungi kawasan hutan, yang dipercaya sebagai sumber kehidupan," ungkap Ondy.
Ondy Christian Siagian juga menambahkan mengenai perencanaan pembangunan Patung Yesus di Labuan Bajo dinilai harus melibatkan nilai budaya atau simbol lokal pada desain atau arsitektur patung.
“Terkait dengan pembangunan Patung Yesus, jika bisa harus ada sayembara untuk benar-benar menggambarkan budaya lokal, pembangunan patung harus mempunyai daya tarik dengan mengangkat kearifan lokal serta harus ada simbol wisata religi Katolik,” tambah Ondy.
Dosen Program Studi Arsitektur Universitas Pelita Harapan Julia Dewi dalam materinya menyampaikan dalam penataan tata ruang untuk pembangunan harus memperhatikan masa ruang.
"Mengenai pembangunan, khususnya di Labuan Bajo, kita harusnya memperhatikan kebijakan pengelolaan penataan tata ruang, karena ketika kita tidak cepat mengatur bagaimana masa bangunan maka kita akan kehilangan posisi center ini nantinya, seperti ketika tidak mengatur ketinggian bangunan maka view yang seharusnya menjadi akses publik akan hilang karena tertutup bangunan," tutup Julia.
Kegiatan FDG ini juga dihadiri oleh perwakilan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Manggarai Barat, Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Manggarai Barat, Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga dan Bina Konstruksi, Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Manggarai Barat, perwakilan Camat Komodo dan Kepala Desa Batu Cermin.