Kupang (ANTARA) - Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo menegaskan komitmennya dalam hal perbaikan layanan kesehatan di Kota Kupang dalam pertemuan koordinasi bersama seluruh pihak pengelola rumah sakit dan klinik di kota itu.
“Kesehatan adalah wajah keberhasilan pemerintahan kami. Oleh karena itu, saya fokus pada pendidikan dan kesehatan sebagai pilar utama dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berkarakter,” katanya di Kupang, Rabu.
Dalam arahannya, Wali kota dr. Christian Widodo menyampaikan dua fokus utama peningkatan layanan kesehatan melalui aplikasi Sistem Informasi Rawat Inap (Si Ranap) dan transformasi sistem pengelolaan sampah di Kota Kupang.
Wali Kota menjelaskan bahwa aplikasi Si Ranap menjadi salah satu solusi atas persoalan ketersediaan kamar rawat inap yang selama ini dikeluhkan masyarakat.
Melalui aplikasi ini, masyarakat dapat secara langsung memantau ketersediaan tempat tidur di seluruh rumah sakit di Kota Kupang.
“Saya mohon dua hal, sosialisasikan aplikasi ini ke masyarakat dan mohon update data ketersediaan kamar setiap hari. Masyarakat kita berpacu dengan waktu, jangan biarkan mereka harus mutar-mutar hanya untuk mencari kamar kosong,” katanya.
Sementara itu, Kadis Kesehatan Kota Kupang drg Retnowati mengatakan bahwa untuk meningkatkan pelayanan kesehatan sudah ada aplikasi 'Sisrute' sebagai bagian dari sistem rujukan yang lebih terintegrasi.
Aplikasi Sisrute memungkinkan masyarakat mengakses informasi ketersediaan tempat tidur di rumah sakit secara real-time melalui google. Ini memberikan kepastian bagi pasien dan mempercepat proses pelayanan,” jelas Retnowati.
Ia juga menyampaikan komitmen Dinas Kesehatan untuk terus memperbarui data setiap hari melalui grup koordinasi. Namun, ia berharap rumah sakit yang belum konsisten melakukan pembaruan agar mulai berkomitmen demi keberhasilan bersama.
Retnowati juga menyinggung indikator keberhasilan pelayanan kesehatan, yaitu angka kematian ibu dan bayi. Ia menyebutkan bahwa pada tahun 2023 terdapat 3 kasus kematian ibu, sementara tahun 2024 tercatat 4 kasus.
Hingga April 2025, jumlah tersebut kembali menyentuh angka 4. Hal ini menjadi perhatian serius dan mendorong semua pihak untuk lebih disiplin dalam pelaporan dan penanganan kasus.