Kupang, NTT (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang, Nusa Tenggara Timur, mendorong inovasi pengelolaan sampah terpadu demi mewujudkan ekonomi hijau dan ekonomi biru yang berkelanjutan.
Wali Kota Kupang Christian Widodo di Kupang, Kamis, mengatakan pihaknya tengah mengembangkan inovasi peta jalan (roadmap) pengelolaan sampah terpadu yang berbasis nilai ekonomi.
“Pengelolaan sampah bukan sekadar urusan kebersihan, tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang berkelanjutan,” katanya.
Hal ini ia sampaikan dalam seminar nasional bertema “Inovasi Teknologi untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan Berbasis Green Economy dan Blue Economy di Wilayah 3T” yang digelar oleh Universitas Nusa Cendana (Undana).
“Selama ini kita hanya memindahkan sampah dari titik A ke titik B tanpa pengolahan yang tepat. Karena itu, kami merumuskan sebuah roadmap pengelolaan sampah terpadu yang bisa diwariskan kepada pemimpin kota berikutnya,” ujar dia.
Ia menjelaskan, inovasi sistem pengelolaan sampah terpadu dimulai dari rumah tangga. Setiap RT menyediakan tempat sampah terpilah dengan tiga kategori, yaitu hijau (organik), kuning (non-organik), dan merah (berbahaya).
Kemudian, sampah dari tingkat RT (rukun tetangga) diangkut ke TPS di kelurahan, lalu dibawa ke tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di tingkat kecamatan.
“Targetnya, sebanyak 85 persen sampah bisa diolah di TPST kecamatan, sementara hanya 15 persen residu yang dibawa ke tempat pemrosesan akhir (TPA),” jelasnya.
Di TPST, sampah akan diproses dengan teknologi sederhana, antara lain mesin pencacah plastik, pencetak batako, hingga budidaya maggot untuk mengolah sampah organik menjadi pakan ternak bernilai tinggi.
Saat ini lebih dari 800 unit tempat sampah telah terdistribusi di tingkat RT berkat dukungan dari berbagai pihak, baik swasta, perbankan, organisasi masyarakat, hingga perguruan tinggi.
Selain itu, Pemkot Kupang juga mendapat dukungan dari pemerintah pusat berupa pembangunan fasilitas pengolahan sampah modern dengan teknologi pirolisis untuk mengubah plastik menjadi bahan bakar.
Sementara itu, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Undana Dr. Siprianus Suban Garak menambahkan kampusnya telah lama mengembangkan berbagai program berbasis lingkungan, termasuk usaha mahasiswa yang mengolah sampah menjadi produk bernilai ekonomis, seperti paving block dan pot bunga dari sampah plastik.
Ia berharap seminar tersebut dapat memperluas wawasan mahasiswa sekaligus melahirkan inovasi teknologi yang bisa diakses masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan.

