Kupang (ANTARA) - Ketua Dewan Pimpinan Daerah Asita Provinsi Nusa Tenggara Timur Abed Frans mengatakan wilayah provinsi kepulauan yang terkenal dengan beragam macam budaya serta keindahan alam ini sudah sangat bersahabat dengan wisata halal.
"Sejak 1972-an, misalnya, NTT sudah bisa memberikan pelayanan kepada wisatawan dari negara-negara muslim seperti Timur Tengah dan Malaysia, sehingga wisata halal ini, saya nilai sudah sangat bersahabat dengan NTT," kata Abed Frans kepada Antara di Senin (6/5), menanggapi wacana penerapan label wisata halal di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, ujung barat Pulau Flores, NTT.
Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata (BOP) Labuan Bajo, Shana Fatima yang berbicara dalam acara sosialisasi paket wisata halal per 30 April 2019 menyatakan, konsep wisata halal diharapkan dapat membantu peningkatan kunjungan wisatawan serta dapat memperluas pangsa pasar wisata Labuan Bajo, khususnya bagi wisatawan Muslim.
Albed Frans menambahkan, destinasi wisata halal sebenarnya bukan untuk mengkotak-kotakan masyarakat, tetapi sebernarnya lebih kepada proses. "Nah proses ini apakah benar-benar sesuai dengann kaidahnya atau tidak. Kenyataannya banyak yang iya tetapi banyak pula yang tidak," katanya menambahkan.
Karena itu, jika sekarang muncul wacana ada wisata halal, maka perlu dipikirkan konsepnya secara matang agar tidak ada kesalahan dalam membuat penafsiran. "Jadi menurut saya, pikirkan konsepnya dulu karena dikuatirkan bisa menimbulkan masalah seperti yang terjadi di Bali, NTB dan Padang," katanya.
Baca juga: Tahun ini, NTT kembangkan tujuh objek wisata penyangga
Baca juga: Rp1,5 miliar untuk kembangkan wisata Mulut Seribu
Wisata halal sudah bersahabat dengan NTT
"Sejak 1972-an, misalnya, NTT sudah bisa memberikan pelayanan kepada wisatawan dari negara-negara muslim seperti Timur Tengah dan Malaysia, sehingga wisata halal ini, saya nilai sudah sangat bersahabat dengan NTT," kata Abed Frans.