21 Kapal Cakalang Belum Beroperasi

id Kapal Cakalang

21 Kapal Cakalang Belum Beroperasi

Sekitar 21 kapal cakalang belum bisa beroperasi karena cuaca buruk yang terus melandawilayah perairan Kupang, Nusa Tenggara Timur belakangan ini.

Sampai hari ini semua kapal cakalang belum bisa beroperasi, ada 21 kapal cakalang yang parkir total karena cuaca yang semakin memburuk akhir-akhir ini.

Kupang (Antara NTT) - Sebanyak 21 kapal cakalang milik nelayan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur belum bisa beroperasi akibat cuaca buruk yakni hujan deras dan angin kencang yang melandah daerah setempat.

"Sampai hari ini semua kapal cakalang belum bisa beroperasi, ada 21 kapal cakalang yang parkir total karena cuaca yang semakin memburuk akhir-akhir ini," kata Humas Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Kupang Abdul Wahab Sidin saat dihubungi Antara di Kupang, Selasa.

Wahab mengatakan, beberapa kapal cakalang yang berangkat ke Larantuka, Kabupaten Flores Timur untuk mengambil umpan juga masih tertahan di sana akibat kondisi cuaca buruk di perairan.

Sementara itu, katanya, kebanyakan kapal cakalang masih terparkir di Pantai Nunsui, Kota Kupang sambil menunggu kondisi cuaca membaik.

Wahab yang juga nelayan yang bermarkas di TPI Tenau itu mengatakan, selama ini kapal-kapal cakalang tersebut yang memasok ikan cakalang melalui perusahaan di Tenau dan Oeba untuk kebutuhan masyarakat setempat maupun ke luar daerah.

Namun demikian, lanjut dia, kebutuhan ikan cakalang belakangan ini sulit didapat di pasar-pasar ikan karena nelayan belum bisa beroperasi.

"Yang ada hanya ikan-ikan kecil saja seperti tembang, teri, dan sejenisnya. Sementara harga ikan juga banyak yang naik karena pasokan melemah," katanya.

Dia mengatakan, kondisi cuaca buruk tersebut diperkirakan berlangsung hingga satu atau dua bulan mendatang. Pihaknya juga terus memantau informasi cuaca dari BMKG maupun imbauan dari BPBD setempat.

Lebih lanjut, Wahab menjelaskan akibat cuaca buruk yang berlangsung selama berbulan-bulan itu membuat sebagian besar nelayan setempat beralih profesi untuk bekerja memenuhi kebutuhannya.

"Pekerjaan nelayan selama musim cuaca buruk bermacam-macam, dari tukang bangunan, buruh, tukang kayu, bengkel kendaraan, kondektur ataupun sopir angkutan," katanya.

Dia mengatakan, kondisi tersebut berlangsung setiap tahun ketika memasuki musim cuaca buruk pada akhir tahun hingga awal tahun berikutnya.

Oleh karenanya, dalam kondisi ekonomi yang terjepit seperti ini maka para nelayan sangat mengharapkan adanya bantuan dari pemerintah setempat untuk mengadakan pasar murah.

"Nelayan tidak melaut selama berbulan-bulan sehingga kalau ada pasar murah dari pemerintah dengan menyediakan sembako murah maka akan sangat membantu nelayan," demikian Abdul Wahab Sidin.