Warga Kota Maumere kesulitan air bersih

id Air

Warga Kota Maumere kesulitan air bersih

Seorang warga sedang mengambil air di embung Tedakisa yang berwarna coklat akibat kemarau panjang yang membuat sumber air kali tersebut menyusut. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Warga masyarakat di pinggiran Kota Maumere mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih hingga saat ini akibat kemarau panjang yang melanda daerah itu.
Kupang (ANTARA) - Warga masyarakat di pinggiran Kota Maumere, Kabupaten Sikka di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih hingga saat ini akibat kemarau panjang yang melanda daerah itu.

Maria Kewa, seorang ibu rumah tangga di Desa Bola, Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka, Selasa (29/10) mengatakan bahwa pasokan air bersih oleh PDAM memang saat ini sudah berkurang sama sekali.

"Biasanya seminggu dua sampai tiga kali air mengalir, tetapi saat ini intensitas pendistribusiannya sudah berkurang menjadi satu kali dalam satu minggu," katanya.

Masalah air bersih yang berkurang akibat musim kemarau seperti saat ini sudah sering terjadi tiap tahun, namun untuk kali ini diperkirakan lebih ekstrem dibandingkan tahun sebelumnya.

Untuk bisa mendapatkan air bersih warga di desa Bola terpaksa harus membeli air dari mobil tangki dengan kapasitas penampungan 5000 liter dengan harga mencapai Rp100 sampai Rp150 ribu tergantung jarak.

Baca juga: Akibat kemarau, ribuan haktare sawah di Manggarai Barat gagal panen
Baca juga: Deret hari kering di NTT lebih dari 60 hari


"Kalau bisa pemerintah punya strategi baru dalam mencegah kekurangan air bersih di daerah ini. Mengingat masalah air ini sangatlah penting. Kami juga terpaksa beli air karena memang sangat sulit," tambah dia.

Ia mengatakan bahwa krisis air bersih tidak hanya terjadi di daerah itu, beberapa daerah di luar Kecamatan Bola juga mengalami krisis air bersih seperti yang terjadi di Kecamatan Talibura.

"Saudara saya di sana khususnya di desa Hikong juga mengeluh hal yang sama," ujar dia.

Kepala BPBD Kabupaten Sikka Muhamad Daeng Bakir mengakui hal tersebut. Menurut dia untuk beberapa desa di Kecamatan Talibura seperti Hikong, Timutawa, Ojan dan beberapa daerah lainnya memang sudah sangat ekstrem.

"Kami terus lakukan berbagai terobosan untuk membantu warga di daerah yang ekstrem akan kekeringan, seperti distribusi air bersih ke daerah-daerah yang alami kekeringan," tambah dia.

Selain itu ia juga meminta agar masyarakat tetap menjaga kesehatan, sebab di musim seperti saat ini banyak sekali kasus orang yang sakit karena ISPA.

Baca juga: 100 persen zom NTT alami periode kemarau
Baca juga: Pemerintah antisipasi gangguan kesehatan akibat kemarau panjang