Jenazah pekerja migran tiba, kado manis buat NTT

id jenazah pmi

Jenazah pekerja migran tiba, kado manis buat NTT

Petugas membawa peti jenazah pekerja migran asal NTT keluar dari Cargo Bandara El Tari Kupang, Sabtu (21/12/2019). (ANTARA FOTO/Bernadus Tokan)

Jenazah Agustinus Nahak (43), pekerja migran asal Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (21/12) tiba di Bandara El Tari Kupang dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia (GA 438).
Kupang (ANTARA) - Jenazah Agustinus Nahak (43), pekerja migran asal Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (21/12) tiba di Bandara El Tari Kupang dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia (GA 438).

Jenazah Agustinus yang merupakan TKI ke-117 yang meninggal di Malaysia itu diterbangkan dari Kuala Lumpur pada 20 Desember 2019, bertepatan dengan HUT NTT dengan GA 821 tujuan Jakarta dan dilanjutkan dengan pesawat GA 438 tujuan Kupang.

Berdasarkan surat keterangan dari Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur nomor: 1134/SK-JNH/12/2019, yang ditandatangani Shabdan Thian, Sekretaris Pertama Konsuler pada 18 Desember menyebutkan, pekerja migran tersebut tidak memiliki dokumen.
Salah satu jenazah PMI NTT tiba di Bandara El Tari Kupang. (ANTARA/Bernadus Tokan)
Baca juga: Artikel - Gugurnya pahlawan devisa dari NTT

Berdasarkan surat keterangan tersebut, Agustinus Nahak adalah warga Dusun Tubasiaran, Desa Rabasa, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, wilayah yang berbatasan dengan negara Timor Leste.

Sekretaris II Jaringan Nasional Anti Tindak Pidana Perdagangan Orang (JarNas Anti TPPO), Gabriel Goa yang menghubungi Antara dari Jakarta mengatakan, jenazah pekerja migran ke-120 merupakan kado istimewa untuk Pemerintah NTT.

"Sangat disayangkan karena di hari ulang tahun NTT yang ke-61, tiba jenazah yang ke-117 dari Malaysia," katanya.

Menurut dia, ulang tahun NTT harusnya disertai renungan bagi pekerja migran yang telah pergi, dan yang tidak mendapatkan perlindungan negara untuk bekerja dengan layak dan aman di luar negeri.

Menurut Gabriel Goa, HUT ke-61 NTT ini mestinya juga menjadi momentum bagi pemerintah untuk melakukan koreksi bahwa negara hanya bisa menyebutkan pekerja migran sebagai "pahlawan devisa" tapi tidak memberikan perlindungan kepada mereka.
Seorang pastor sedang memimpin doa pelepasan jenazah PMI NTT di Bandara El Tari Kupang. (ANTARA/Bernadus Tokan)