Kupang (ANTARA) - Sejumlah pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Kupang, mengapresiasi Program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang diluncurkan oleh pemerintah dan merupakan bukti perhatian pemerintah pusat untuk para pelaku UMKM di seluruh Indonesia.
"Jujur saja, di tengah pandemi ini COVID-19 khususnya di awal-awal pandemi kami memang kesulitan sekali menjual dagangan kami, khususnya pembeli langsung. Tetapi dengan adanya dukungan dari pemerintah pusat ini, tentu hal ini sangat membantu," kata pemilik rumah tenun ikat Inan Ndao Dorce Lussi kepada ANTARA di Kupang, Sabtu, (11/7).
Baca juga: BI targetkan bina 100 UMKM NTT lewat program BI-YES
Ia mengaku dalam sebulan bisa raup keuntungan ratusan juta pada hari normal, saat puncak pandemi COVID-19 hanya mampu meraup keuntungan sebesar belasan juta saja.
Hal itu karena permintaan pengiriman kain tenun atau hasil kerajinan tangan lainnya yang diproduksi di Inan Ndao ke Pulau Jawa tersendat akibat pandemi.
"Saya sendiri memang sempat drop karena memikirkan kerugian, belum lagi saya kasihan dengan penenun yang sering menjual tenunannya ke saya terpaksa saya tolak karena permintaan berkurang," tutur dia.
Selama ini, kata dia, Inan Ndao sudah mempromosikan dan menjual berbagai kerajinan tangan para pekerjanya melalui media sosial, melalui Facebook, Instagram, dan belanja.com.
Ia mengaku selama ini memang belum ada sosialisasi yang dilakukan oleh dinas terkait di NTT terkait dengan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang memang bertujuan untuk membantu para pelaku UMKM di daerah itu.
Bersyukurnya, Inan Ndao, kata dia, selalu mendapatkan banyak bantuan dari pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para penenun serta pekerja lainnya.
Sementara itu Syarifuddin Tonu seorang pelaku UMKM yang juga membuat topi dari berbagai jenis dari kain tenun ketika ditanya terkait Gerakan Bangga Buatan Indonesia itu mengatakan bahwa banyak program yang sudah dilakukan oleh pemerintah untuk mendukung peningkatan ekonomi pelaku UMKM.
Namun kata dia sayangnya kebanyakan para pelaku UMKM yang masuk dalam daftar dinas koperasi, kata dia, adalah mereka yang mempunyai hubungan kerabat.
Oleh karena itu ia berharap agar semua program pemerintah yang berkaitan dengan peningkatan ekonomi pelaku UMKM sebaiknya bisa dirasakan untuk semua pelaku UMKM baik yang baru mulai merintis maupun yang sudah berkembang baik.
Baca juga: BI NTT gelar kelas daring gratis bantu UMKM hadapi pandemi
Pria yang sudah memulai bisnisnya sebagai pelaku UMKM pembuat topi berbahan kain tenun sejak 2016 itu mengatakan bahwa dampak pandemi COVID-19 memang dirasakan juga oleh dirinya. Hal ini karena pesanan pembuatan topi juga berkurang.
"Selama masa pandemi memang permintaan akan pembuatan topi dari kain tenun menurun drastis. Oleh karena itu saya lebih memilih membuat masker baik dari kain tenun atau dari kain biasa untuk tetap bertahan hidup di tengah pandemi ini," tutur dia.