Kupang (Antara NTT) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun El Tari Kupang Bambang Setiajid mengatakan hasil foto citra satelit berhasil mendeteksi 38 titik panas di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, Sabtu.
"Hasil pengamatan dan analisis hasil foto dari satelit menunjukkan ada titik api di Peberiwai Kangaungu, Eti, Lewatidahu Kabupaten Sumba Timur," katanya di Kupang, Sabtu.
Berikutnya, di Umbu Ratu Ngggay, dan Mamboro Kabupaten Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur benar terjadi kebakaran.
Ia mengatakan, titik panas tersebut ditandai dengan warna merah dengan tingkat kebenaran kebakaran mencapai 80 persen dan kuning dengan tingkat kepercayaan kebakaran di bawah 80 persen.
Kebakaran yang terjadi di Sumba umumnya dilakukan warga dengan harapan tumbuh rumput baru dari bekas lahan terbakar untuk makanan ternak. Warga juga membakar lahan untuk persiapan musim tanam.
Pada Jumat (28/7), terdeteksi dua hotspot di wilayah Tambundung, dengan tingkat kebenaran kebakaran mencapai 93 peren dan 95 persen.
Kebakaran juga terjadi di wilayah Kecamatan Haharu dengan tingkat kebenaran 96 persen. Sedangkan tingkat kebenaran di Kecamatan Umbu Rau Nggay mencapai 81 persen.
Ia menyarankan pemerintah kabupaten bersangkutan menyiapkan sosialisasi pencegahan kebakaran hutan dan penanganan kebakaran hutan, termasuk mengantisipasi apabila benar-benar terjadi kebakaran hutan, dengan melibatkan masyarakat dan perusahaan swasta yang menjaga areal kehutanan.
Pada titik inilah, katanya, dibutuhkan pemahaman bersama dalam upaya mengamankan dan melestarikan hutan di seluruh kawasan dalam wilayah kepulauan ini.
"Pemahaman bersama ini penting dilakukan untuk mencegah kerusakan hutan di wilayah kepulauan ini yang telah mencapai 15.163,65 ha, dari potensi hutan dan lahan seluas 2.109.496,76 ha," kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Andreas Jehalu, pada kesempatan terpisah.
Banyak sekali aktivitas manusia untuk kepentingan ekonomi, sosial dan budaya yang bersinggungan dengan hutan dan membuat hutan yang cukup luas di NTT terancam dan bahkan sudah sampai tahap rusak, katanya.
Dia menyebut, luas wilayah daratan di Nusa Tenggara Timur mencapai 47.349,9 km persegi. Dari total tersebut hutan dalam kawasan hutan mencapai 661.680,74 ha dan di luar kawasan hutan seluas 1.447.816,02 ha.
Hutan yang begitu luas ini membutuhkan perhatian serius seluruh komponen di NTT, karena apabila hutan lestari dan aman, masyarakat akan sehat dan sejahtera.