Lembata Butuh Rp5,8 Miliar Untuk Rekonstruksi Jalan

id dana

Lembata Butuh Rp5,8 Miliar Untuk Rekonstruksi Jalan

Sebagian besar material masih menutup ruas jalan yang menghubungkan Desa Lamagute-Waimatan di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur akibat guncangan gempa pada awal pekan ini. (Foto ANTARA/Bernadus Tokan)

Pemerintah Kabupaten Lembata membutuhkan dana sebesar Rp5,8 miliar untuk merekonstruksi ruas jalan sepanjang 2,3 kilometer yang menghubungkan Desa Lamagute dan Desa Waimatan di wilayah Ile Ape.
Kupang (Antara NTT) - Pemerintah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur membutuhkan dana sebesar Rp5,8 miliar untuk merekonstruksi ruas jalan sepanjang 2,3 kilometer yang menghubungkan Desa Lamagute dan Desa Waimatan di wilayah Ile Ape.

"Ruas jalan tersebut mengalami kerusakan serius dan tertimbun pula dengan material bebatuan yang dimuntahkan Gunung Api (Ile Ape) Lewotolok saat terjadi gempa bumi bawah laut pada awal pekan ini," kata Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday ketika dihubungi Antara dari Kupang, Jumat.

Ia mengatakan Pemerintah Kabupaten Lembata akan segera bertemu Gubernur NTT Frans Lebu Raya untuk membicarakan masalah ini, bagaimana mencari jalan keluar untuk merekonstruksi jalur jalan sepanjang 2,3 kilometer yang rusak itu.

Selain merekonstruksi ruas jalan tersebut, Pemerintah Kabupaten Lembata juga berencana akan memperlebar ruas jalan di wilayah utara di sekitar Gunung Api Lewotolok, mulai dari Mawa menuju Lamagute hingga ke Waimatan selebar 40 meter dengan kebutuhan anggaran sekitar Rp18 miliar lebih.

"Staf teknis Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lembata telah menghitungnya dan diharap akan ada bantuan dana tersebut untuk kepentingan pelaksanaan rekonstruksi jalan dimaksud," kata mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang itu.

Ia mengatakan akses masyarakat melalui jalur jalan tersebut putus total sehingga perlu direkontruksi agar masyarakat kembali melakukan aktivitas sebagaimana biasa menuju penataan hidup yang lebih baik.

Ketika ditanya soal kondisi pengungsi di bekas rumah jabatan Bupati Lembata di Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata dan Kantor Camat Ile Ape, Langoday mengatakan bahwa jumlahnya terus berkurang, karena sebagian besarnya telah diambil keluarga untuk tinggal di rumah.

Ia mencontohkan, para pengungsi di bekas rumah jabatan Bupati Lembata yang sebelumnya mencapai sekitar 700 jiwa, kini hanya tinggal 424 orang, karena sebagian besarnya sudah diambil keluarga untuk tinggal di rumah masing-masing.

Kondisi yang sama juga terjadi di lokasi pengungsian Kantor Camat Ile Ape. "Awalnya jumlah pengungsi mencapai sekitar 500 orang lebih, namun saat ini hanya tersisa sekitar 118 orang saja," katanya dan menambahkan sebagian pengungsi juga memilih tinggal di tempat aman di daerah sekitar Tanjung Tuak.

Langoday mengatakan warga belum diizinkan untuk kembali ke kampung halamannya masing-masing, karena kondisi gempa serba tidak menentu, sehingga untuk sementara masih tetap berada di lokasi pengungsian dan kawasan yang aman.

Namun, katanya lagi, warga penghuni Desa Lamagute dan Desa Waimatan yang terletak dilereng Gunung Api (Ile Ape) Lewotolok, tampaknya tidak bisa lagi mendiami kampung halamannya tersebut, karena sebagian besar pemukiman telah hancur ditimpah bebatuan yang dimuntahkan dari gunung api tersebut.

"Kemungkinan besar, warga kedua desa itu akan direlokasi ke tempat lain yang jauh lebih aman. Sebagian besar warga menolak untuk meninggalkan kampung halamannya, namun demi kemanusiaan, apa pun alasannya mereka wajib direlokasi," katanya menegaskan.