Pasokan beras ke NTT tidak terhambat cuaca

id Bulog

Pasokan beras ke NTT tidak terhambat cuaca

Kepala Bulog Divre NTT Efdal MS (Foto ANTARA)

"Pasokan pangan seperti beras dari daerah-daerah yang mengirimkan beras ke daerah kami hingga kini masih aman-aman saja, walaupun cuaca buruk melanda NTT," kata Efdal MS.
Kupang (Antaranews NTT) - Badan Urusan Logistik Divisi Regional Nusa Tenggara Timur menyatakan pasokan beras ke provinsi berbasis kepulauan itu tIdak terhambat dengan cuaca buruk yang melanda daerah itu dalam beberapa pekan terakhir.

"Pasokan pangan seperti beras dari daerah-daerah yang mengirimkan beras ke daerah kami hingga kini masih aman-aman saja, walaupun cuaca buruk melanda NTT," kata Kepala Bulog Divre NTT Efdal MS kepada Antara di Kupang, Rabu.

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan upaya dari Bulog NTT dalam hal menjamin stok beras tetap aman di tengah gelombang laut yang kurang bersahabat bagi kapal-kapal yang mengangkut beras dari Pulau Jawa, Sulawesi dan beberapa pulau lainya di Indonesia.

Ia mengatakan bahwa pengiriman beras itu menggunakan kapal yang besar sehingga walau dihantam gelombang besarpun tak berpengaruh dengan pemasokan beras ke NTT.

"Selama saya bertugas di sini, pasokan beras dari berbagai daerah masih aman saja. Tidak ada cuaca yang ekstrim sekali yang dapat menghambat pengiriman beras ke NTT ini," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa sampai dengan saat ini posisi stok beras yang dimiliki Bulog NTT masih bertahan tiga sampai empat bulan ke depan.

"Stok beras kami masih aman sampai dengan tiga bulan ke depan. Jumlah stok beras kami saat ini mencapai 38.550 ton yang ada di gudang," tambahnya.

Bulog NTT pun berencana untuk kembali mendatangkan beras dari Pulau Jawa dalam waktu dekat ini, namun masih melihat kebutuhan beras di wilayah NTT.

Efdal tidak terlalu khawatir dengan stok beras yang dikuasai Bulog Divre NTT saat ini, karena masih mampu melayani kebutuhan masyarakat daerah hingga tiga sampai empat bulan ke depan.

Sementara itu ketika disinggung soal serapan gabah petani di Nusa Tenggara Timur untuk tahun 2017 hanya mencapai 4.000 ton dari target yang ditetapkan pemerintah sebanyak 13.900 ton. Hal ini menurutnya akibat dari gangguan hama di daerah sentra produksi pangan serta gagal panen.