Artikel - Mencari sesar yang meluluhlantakkan Cianjur
,,,Hidup di kawasan rawan bencana memang tidak mudah. Pilihan bertahan maupun pindah sama saja susah, sehingga mencoba berdamai menjadi opsi terbaik
Peneliti BRIN sedang melakukan kajian lapangan untuk mencari jalur sesar atau patahan penyebab ratusan rumah porak-poranda. Dari hasil pengamatan geofisika dan geospasial, ada lima titik yang diduga menjadi bagian dari jalur sesar yang belum teridentifikasi tersebut.
Lima titik yang menjadi lokasi pemetaan dan kajian tahap pertama meliputi Desa Cibulakan, Desa Benjot (Benjot Farm), Desa Nagrak (Rawa Caina), Desa Gasol, dan Desa Mangunkerta.
Khusus untuk Desa Nagrak, peneliti BRIN menemukan rekahan yang bergeser sepanjang 15 cm dengan kedalaman sekitar 13 cm. Rekahan tersebut diketahui dari fondasi batuan kolam ikan yang bergeser ke kanan.
Rekahan dari fondasi kolam memanjang hingga 25 meter ke arah utara dan 10 meter ke arah selatan. Namun para peneliti dihadapkan pada satu masalah, rekahan yang dulu sempat terlihat, kini tertutup puing-puing bangunan sehingga perlu upaya lebih untuk mengidentifikasinya.
Untuk membuktikan hipotesa itu, peneliti masih melakukan riset geofisika untuk memastikan apakah rekahan tersebut terasosiasi dengan rekahan dari dalam tanah.
"Dengan adanya rekahan ini kami yakin di bawah ini ada sesarnya yang menyebabkan kerusakan bangunan cukup parah. Sekarang ini ingin kami buktikan dengan riset," kata Adrin Tohari.
Ada tiga metode yang digunakan pada penelitian sesar tahap pertama ini yakni metode gaya berat (gravity), geolistrik, dan georadar. Metode gaya berat bertujuan untuk memetakan secara regional, struktur permukaannya sampai dengan lapisan batuan.
Sementara itu georadar merupakan metode geofisika yang memanfaatkan gelombang radar untuk menggambarkan objek yang berada. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct Current).
Peneliti berharap penelitian tersebut rampung pada Desember 2023 dan segera disosialisasikan kepada seluruh pemangku kebijakan agar menjadi kajian strategis pemetaan lokasi potensi bencana.
Mitigasi
Lima titik yang menjadi lokasi pemetaan dan kajian tahap pertama meliputi Desa Cibulakan, Desa Benjot (Benjot Farm), Desa Nagrak (Rawa Caina), Desa Gasol, dan Desa Mangunkerta.
Khusus untuk Desa Nagrak, peneliti BRIN menemukan rekahan yang bergeser sepanjang 15 cm dengan kedalaman sekitar 13 cm. Rekahan tersebut diketahui dari fondasi batuan kolam ikan yang bergeser ke kanan.
Rekahan dari fondasi kolam memanjang hingga 25 meter ke arah utara dan 10 meter ke arah selatan. Namun para peneliti dihadapkan pada satu masalah, rekahan yang dulu sempat terlihat, kini tertutup puing-puing bangunan sehingga perlu upaya lebih untuk mengidentifikasinya.
Untuk membuktikan hipotesa itu, peneliti masih melakukan riset geofisika untuk memastikan apakah rekahan tersebut terasosiasi dengan rekahan dari dalam tanah.
"Dengan adanya rekahan ini kami yakin di bawah ini ada sesarnya yang menyebabkan kerusakan bangunan cukup parah. Sekarang ini ingin kami buktikan dengan riset," kata Adrin Tohari.
Ada tiga metode yang digunakan pada penelitian sesar tahap pertama ini yakni metode gaya berat (gravity), geolistrik, dan georadar. Metode gaya berat bertujuan untuk memetakan secara regional, struktur permukaannya sampai dengan lapisan batuan.
Sementara itu georadar merupakan metode geofisika yang memanfaatkan gelombang radar untuk menggambarkan objek yang berada. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct Current).
Peneliti berharap penelitian tersebut rampung pada Desember 2023 dan segera disosialisasikan kepada seluruh pemangku kebijakan agar menjadi kajian strategis pemetaan lokasi potensi bencana.
Mitigasi