Pelaku wisata NTT keluhkan mahalnya tarif penerbangan

id Abed Frans

Pelaku wisata NTT keluhkan mahalnya tarif penerbangan

Ketua ASITA Nusa Tenggara Timur Abed Frans. (ANTARA Foto/Ist)

"Dampak kebijakan bagasi berbayar dan mahalnya tiket pesawat ini mulai terasa khususnya untuk penjualan paket wisata bagi grup-grup domestik," kata Abed Frans.
Kupang (ANTARA News NTT) - Sejumlah pelaku wisata atau operator tur yang beroperasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengeluhkan mahalnya tarif penerbangan yang berdampak pada meruginya penjualan paket-paket wisata ke provinsi kepulauan ini.

"Dampak kebijakan bagasi berbayar dan mahalnya tiket pesawat ini mulai terasa khususnya untuk penjualan paket wisata bagi grup-grup domestik," kata pemilik operator tur Flobamor Tours Abed Frans kepada Antara di Kupang, Selasa (12/2).

Ia mengatakan hal itu terkait dampak kebijakan bagasi berbayar serta kenaikan harga tiket yang terjadi pada maskapai penerbangan Lion Air dan Wings Air.

"Wisatawan akhirnya menunda kunjungan ke NTT setelah Lebaran dengan harapan ada perubahan kebijakan dari maskapai penerbangan tersebut," katanya.

Abed yang juga Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) NTT itu mengatakan, mahalanya tarif penerbangan itu tidak hanya berdampak pada penjualan paket wisata namun juga sektor usaha wisata lainnya.

Menurutnya, wisatawan yang berkunjung ke daerah wisata akan berpikir ulang untuk membelanjakan produk kerajinan tangan karena khwatir biaya bagasi pesawat.

Baca juga: Kebijakan bagasi berbayar ganggu kunjungan wisatawan

"Otomatis usaha-usaha kecil menengah masyarakat yang menjual souvenir atau oleh-oleh juga terdampak," katanya.

Untuk itu, Abed berharap kebijakan tersebut bisa dikaji kembali sehingga tidak berdampak merugikan sektor pariwisata yang saat ini tengah dikembangkan secara masif untuk mendukung perekonomian di daerah.

Secara terpisah, operator tur Panorama yang beroperasi di Labuan Bajo, Andre, mengatakan mahalnya tarif penerbangan sudah berdampak pada pembelian paket wisata yang berkurang terutama dari kalangan domestik.

"Kondisi yang terasa sekarang pemesanan paket wisata berkurang dibandingkan dengan Januari-Februari 2018 lalu," katanya ketika dihubungi Antara dari Kupang.

Andre mengatakan, selain itu berkurangnya pemesanan paket wisata ini juga terjadi karena masa low season akibat cuaca yang tidak menentu.

"Antara Januari-Maret itu biasanya kami lebih hati-hati menjual paket wisata karena takutnya tamu-tamu sudah datang tapi tidak bisa berwisata karena cuaca buruk," demikian Andre menjelaskan.   

Baca juga: Pengguna jasa Lion Air keberatan dengan kebijakan bagasi berbayar