Kemendikbudristek sebut Alor miliki 582 data objek pemajuan kebudayaan

id Kemendikbudristek, kebudayaan, pangan lokal, masyarakat adat, sekolah lapangan kearifan lokal, alor, ntt

Kemendikbudristek sebut Alor miliki 582 data objek pemajuan kebudayaan

Pandu Budaya Alor didampingi fasilitator sedang melakukan pendataan pangan lokal dan sistem barter di Pasar Baranusa, Pulau Pantar, Alor, NTT, Juli 2024. (ANTARA/Dokumentasi Pribadi)

Temu kenali OPK telah digelar di lima pulau yang ada Alor yaitu Pulau Ternate, Pulau Buaya, Pulau Pantar, Pulau Alor Besar, dan Pulau Pura...
Lewoleba (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat mencatat sebanyak 582 data objek pemajuan kemajuan (OPK) berada di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Temu kenali OPK telah digelar di lima pulau yang ada Alor yaitu Pulau Ternate, Pulau Buaya, Pulau Pantar, Pulau Alor Besar, dan Pulau Pura," kata Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Kemendikbudristek, Sjamsul Hadi dalam keterangan yang diterima di Lewoleba, ibu kota Kabupaten Lembata, Jumat, (9/8).

Temu kenali OPK merupakan salah satu kegiatan dalam Sekolah Lapang Kearifan Lokal (SLKL) untuk tahun 2024 dengan tema "Kedaulatan Pangan di Pulau-Pulau Kecil".

Adapun data OPK yang berhasil diidentifikasi yakni tradisi lisan sebanyak 60 data, manuskrip sebanyak 2 data, adat istiadat 53 data, Ritus sebanyak 39 data, dan pengetahuan tradisional 200 data.

Selanjutnya ada teknologi tradisional sebanyak 104 data, seni 54 data, bahasa 10 data, permainan rakyat 43 data, dan olahraga tradisional 17 data.

Sekolah Lapang Kearifan Lokal bertujuan untuk memperkuat kedaulatan pangan masyarakat adat di pulau-pulau kecil di Kabupaten Alor melalui pengetahuan dan praktik kearifan lokal.

Menurutnya kegiatan itu penting untuk memastikan keberlanjutan sumber daya alam dan ketahanan pangan masyarakat adat di tengah tantangan perubahan iklim dan globalisasi.

Adapun temu kenali OPK itu dilakukan oleh 9 fasilitator dan 20 pandu budaya di 14 desa.

Dari hasil temu kenali OPK itu, ia menilai Kabupaten Alor memiliki potensi luar biasa dalam mewujudkan kedaulatan pangan lokal, didukung oleh keanekaragaman hayati yang melimpah dan praktik pertanian tradisional yang telah diwariskan turun-temurun.

Kekuatan itu tercermin dari kesuburan tanahnya, keberagaman jenis tanaman pangan yang tumbuh subur, serta kearifan lokal masyarakat dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.

Dengan pemanfaatan optimal potensi-potensi ini, Kabupaten Alor berpeluang besar untuk mencapai kemandirian pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Namun, Kabupaten Alor masih menghadapi sejumlah tantangan dalam mencapai kedaulatan pangan lokal yang mencakup keterbatasan infrastruktur pertanian, akses pasar yang terbatas, dan rendahnya teknologi pertanian yang digunakan oleh petani setempat.

Selain itu, perubahan iklim dan ketergantungan pada pola tanam tradisional juga turut mempengaruhi produktivitas dan keberlanjutan sektor pangan di daerah ini.

Padahal Kabupaten Alor memiliki peluang besar untuk mewujudkan kedaulatan pangan lokal melalui berbagai inisiatif dan potensi yang dimilikinya.

Lewat dukungan pemerintah dan organisasi non-pemerintah dalam program pemberdayaan pertanian, serta keanekaragaman hayati yang memungkinkan diversifikasi pangan, menjadi modal utama untuk meningkatkan produksi pangan lokal.

Selain itu, minat masyarakat terhadap praktik pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan membuka jalan bagi inovasi dan peningkatan produktivitas.

Dengan mengoptimalkan peluang-peluang ini, Kabupaten Alor dapat mencapai kemandirian pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.




Baca juga: Ditjen Kebudayaan fokus kedaulatan pangan lokal di 14 pulau terluar NTT

Baca juga: Kemendikbudristek dampingi pandu budaya NTT untuk gali info pangan daerah