Pertani Distribusikan Tiga Jenis Benih Jagung Hibrida

id distribusi benih, lahan kering

Kupang (Antara NTT) - PT Pertani (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Timur mendistribusikan tiga jenis benih jagung hibrida, yakni NT-10 Dua Kuda, N-35 Dua Kuda, serta N-35 Prima Dua Kuda ke petani di daerah itu untuk dikembangkan.

"Saat ini Pertani memproduksi tiga jenis benih jagung hibrida, yakni NT-10 Dua Kuda, N-35 Dua Kuda, serta N-35 Prima Dua Kuda. Keunggulan benih ini selain bisa bertahan di lahan kering juga memiliki rendemen sebesar 70-75 persen," kata Pelaksana Distribusi Pupuk PT Pertani (Persero) Kupang Komang Suka Brata di Kupang, Rabu.

Distribusi itu setelah Pertani melakukan pengkajian terlebih dahulu sehingga ada kecocokan antara benih dengan kondisi lahan, sebab produksi Pertani belum tentu cukup untuk memasok seluruh kebutuhan benih program itu.

Ia mengatakan, pada 2012 pemerintah berencana menyalurkan bantuan benih jagung hibrida sebanyak 1.500 ton untuk lahan seluas 100.000 hekare.

"Bantuan itu untuk menggenjot produksi jagung yang ditargetkan sebanyak satu juta ton tahun ini," katanya.

Untuk menyalurkan benih itu, Kementerian Pertanian menggelar tender untuk wilayah Indonesia Timur dan Indonesia Barat. Namun, tender wilayah barat senilai Rp27,2 miliar gagal dilaksanakan. PT Pertani memenangkan tender pengadaan benih jagung hibrida untuk wilayah Indonesia Timur senilai Rp35,75 miliar. Pertani akan mendistribusikan bibit jagung sebanyak 999 ton untuk lahan seluas 66.600 hektare sampai dengan akhir 2012.

Saat ini, katanya, sesuai hasil koordinasi dengan pihak satuan perangkat kerja daerah terkait seperti Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT, sedang disiapkan lahan 700 hektare luas areal yang terdiri atas 400 hektare yang merupakan bantuan pemerintah pusat melalui APBN dan sisanya 300 hektare bantuan pemerintah provinsi melalui APBD 2012.

"Luas areal untuk penangkaran jagung ini di luar yang dilakukan pemerintah kabupaten dengan luas lahan, rata-rata 10-20 hektare, sehingga untuk kebutuhan benih di daerah ini, diyakini cukup untuk menyambut musim tanam 2012/2013," katanya.

Hingga pertengahan Juli 2012, realisasi lahan yang difungsikan untuk penangkaran jagung mencapai 202 dari 700 hekater dengan menghabiskan benih 108 ton dari total 316 ton benih yang siap (telah diberi label).

"Selama ini PT Pertani (Persero) Kupang gencar melakukan kampanye dan sosialisasi kepada kepada sekitar 64,67 persen petani lahan kering dan lahan basah di Nusa Tenggara Timur untuk dapat memilih benih yang berlabel resmi dan bersubsidi," katanya.

Selain sosialisasi untuk memilih benih dengan tepat, Pertani juga memberi kemudahan kepada petani di NTT. Mereka boleh mendapatkan benih secara gratis, sedangkan pembayarannya saat pascapanen.

Ia mengatakan, hal itu terkait kesiapan memasuki musim tanam dan ketersediaan sarana produksi pertanian yang tepat waktu serta upaya yang dilakukan untuk mencegah benih palsu yang kemungkinan bisa saja beredar di kalangan petani, menjelang musim tanam.

"Pengalaman selama ini di lapangan membuktikan, sebagian besar petani belum memiliki tingkat kesadaran yang tinggi untuk memilih benih yang tepat guna ditanam dilahan dan ladang yang telah disiapkan, sehingga hasilnya sangat berpengaruh terhadap jumlah dan kualitas produksi," katanya.

Ia mengatakan, bagi sebagian besar keluarga petani, hasil pertanian selain dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan keluarga, juga menjadi sumber pendapatan untuk pemenuhan hidup ekonomi rumah tangga.

Ia menjelaskan, pemerintah, baik kabupaten atau kota maupun provinsi selalu berupaya meningkatkan produksi tanaman pangan melalui pelaksanaan program-program antara lain ekstensifikasi, intensifikasi, dan diversifikasi.

Hal itu, katanya, tercermin dari data luas areal dan produksi tanaman pangan sumber karbohidrat (padi, jagung, kacang-kacangan, umbi-umbian) dan sumber protein nabati (sayur dan buah).

"Produktifitas tanaman pangan yang ada di Nusa Tenggara Timur, terjadi produktivitas untuk tanaman padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar," katanya.

Tanaman pangan lainnya, katanya, mengalamai penurunan akibat pergeseran musim hujan yang berdampak kepada kesalahan perhitungan periode tanam dari petani.