Amati kejadian gizi buruk di NTT

id gizi buruk di ntt

Amati kejadian gizi buruk di NTT

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT Dominikus Mere (tengah). (ANTARA/Bernadus Tokan)

Dinas Kesehatan NTT telah melakukan koordinasi dengan para petugas kesehatan lingkungan, dan petugas penyakit menular untuk melakukan pengamatan (survailance) terhadap kejadian gizi buruk, malaria, ISPA dan diare di daerah ini.
Kupang (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), telah melakukan koordinasi dengan para petugas kesehatan lingkungan, dan petugas penyakit menular untuk melakukan pengamatan (survailance) terhadap kejadian gizi buruk, malaria, ISPA dan diare di daerah ini.

"Saya sudah melakukan koordinasikan dengan teman-teman petugas kesehatan lingkungan, petugas penyakit menular untuk melakukan pengamatan terhadap penyakit-penyakit tersebut," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Dominikus Mere, di Kupang, Senin (4/11).

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan upaya pemerintah untuk melakukan pencegahan terhadap serangan penyakit musim pancaroba, dan kejadian gizi buruk di provinsi berbasis kepulauan itu untuk menghindari jatuhnya korban jiwa.

Baca juga: Mengoptimalkan peran posyandu dalam mengatasi gizi buruk
Baca juga: Ternyata ada 3.900 anak di Belu alami gizi buruk


Domi Mere juga meminta agar jika ada peningkatan kasus di suatu daerah segera melaporkan kepada pemerintah provinsi untuk dilakukan intervensi sesuai dengan prosedur tetap.

"Saya sudah minta supaya segera laporkan kalau ada peningkatan kasus, untuk segera dilakukan intervensi sesuai protap penanganan kasus secara terkoordinasi, kolaboratif dengan lintas sektor terkait," katanya.

Dia menambahkan pengamatan (survailance) ini tidak hanya dilakukan terhadap jenis penyakit yang selalu muncul di musim pancaroba, tetapi untuk semua jenis penyakit menular.

"Jadi sepanjang daerah bisa menanganinya, tidak masalah, tetapi kalau sudah meluas, maka secepatnya dilaporkan untuk dilakukan penanganannya secara bersama-sama," katanya.

Penanganan secara kolaboratif penting dilakukan, untuk menghindari jatuhnya korban jiwa, kata mantan Sekda Kabupaten Ende ini.*

Baca juga: Lipsus - Gizi buruk dan Stunting yang terus melanda
Baca juga: 240 penderita gizi buruk telah tertangani