Air bersih sangat penting bagi Labuan Bajo
"Ini ada kekurangan air sudah dari 40 mililiter per detik, ditambah menjadi 100 mililiter per detik. Kemudian yang kedua nanti akan menginjak ke 150 mililiter per detik, semuanya ditambah," kata Presiden Jokowi..
Labuan Bajo (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan ketersediaan air bersih untuk mendukung Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai destinasi wisata super premium.
"Ini ada kekurangan air sudah dari 40 mililiter per detik, ditambah menjadi 100 mililiter per detik. Kemudian yang kedua nanti akan menginjak ke 150 mililiter per detik, semuanya ditambah," kata Presiden Jokowi di Puncak Waringin, Labuan Bajo, NTT, Senin (20/1).
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Muljono dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa Kementerian PUPR sudah membangun instalasi pengolahan air bersih di Waemese.
"Saat ini 40 mililiter per detik dari Waemese di hulu sungai dan akan ditambah 100 liter per detik, jadi total akan 140 liter per detik, tapi akan dilelang dua kali karena instalasinya kalau terlalu besar tempatnya tidak ada. Jadi tahun ini juga 50 dan tahun depan akan dibangun, sudah tender," kata Basuki.
Menteri PUPR mengatakan bahwa instalasi itu menggunakan teknik yang biasa yaitu pengolahan dari sungai dan dialirkan melalui pipa ke Labuan Bajo. Sedangkan untuk pengolahan sampah, Basuki mengaku pihaknya menggunakan insinerator. Insinerator adalah alat pembakar sampah yang dioperasikan dengan menggunakan teknologi pembakaran pada suhu tertentu, sehingga sampah dapat terbakar habis
"Untuk pengolahan sampah juga sama kita sudah membuat selnya sekitar 20 ton tapi insineratornya 5 ton per hari. Sedangkan sampah di sini sekitar 14 ton sehari. Oleh karenanya ada yang sistem sanitary landfill," ungkap Basuki.
Sanitary Landfill adalah sistem pengelolaan (pemusnahan) sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkannya, kemudian menimbunnya dengan tanah.
Sedangkan Direktur Jenderal Cipta Karya Danis Hidayat Sumadilaga mendorong agar masyarakat sudah melakukan pemilahan sampah sebelum membuangnya.
"Kami dorong supaya ada pemilahan sampah di hulu, sebab dengan pemilahan di hulu sampah ke pembuangan akhir bisa berkurang 30 persen jadi diharap bukan hanya di hilir saja, ini kan pembuangan tahap akhir karena itu harus dibangun sistemnya supaya yang plastik dan yang lainnya terpisah, bekerja dengan pemda," kata Danis.
"Ini ada kekurangan air sudah dari 40 mililiter per detik, ditambah menjadi 100 mililiter per detik. Kemudian yang kedua nanti akan menginjak ke 150 mililiter per detik, semuanya ditambah," kata Presiden Jokowi di Puncak Waringin, Labuan Bajo, NTT, Senin (20/1).
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Muljono dalam kesempatan yang sama mengatakan bahwa Kementerian PUPR sudah membangun instalasi pengolahan air bersih di Waemese.
"Saat ini 40 mililiter per detik dari Waemese di hulu sungai dan akan ditambah 100 liter per detik, jadi total akan 140 liter per detik, tapi akan dilelang dua kali karena instalasinya kalau terlalu besar tempatnya tidak ada. Jadi tahun ini juga 50 dan tahun depan akan dibangun, sudah tender," kata Basuki.
Menteri PUPR mengatakan bahwa instalasi itu menggunakan teknik yang biasa yaitu pengolahan dari sungai dan dialirkan melalui pipa ke Labuan Bajo. Sedangkan untuk pengolahan sampah, Basuki mengaku pihaknya menggunakan insinerator. Insinerator adalah alat pembakar sampah yang dioperasikan dengan menggunakan teknologi pembakaran pada suhu tertentu, sehingga sampah dapat terbakar habis
"Untuk pengolahan sampah juga sama kita sudah membuat selnya sekitar 20 ton tapi insineratornya 5 ton per hari. Sedangkan sampah di sini sekitar 14 ton sehari. Oleh karenanya ada yang sistem sanitary landfill," ungkap Basuki.
Sanitary Landfill adalah sistem pengelolaan (pemusnahan) sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkannya, kemudian menimbunnya dengan tanah.
Sedangkan Direktur Jenderal Cipta Karya Danis Hidayat Sumadilaga mendorong agar masyarakat sudah melakukan pemilahan sampah sebelum membuangnya.
"Kami dorong supaya ada pemilahan sampah di hulu, sebab dengan pemilahan di hulu sampah ke pembuangan akhir bisa berkurang 30 persen jadi diharap bukan hanya di hilir saja, ini kan pembuangan tahap akhir karena itu harus dibangun sistemnya supaya yang plastik dan yang lainnya terpisah, bekerja dengan pemda," kata Danis.