Apakah Lamaholot akan bangkit sebagai kerajaan baru?

id Budaya lamaholot

Apakah Lamaholot akan bangkit sebagai kerajaan baru?

Frans Lebu Raya (kanan) bersama sahabatnya Esthon L Foenay ketika masih menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur NTT periode 2008-2013. (ANTARA FOTO/Bernadus Tokan).

Masyarakat Lamaholot yang bermukim di Flores Timur daratan, Pulau Adonara, Solor, Lembata dan Alor tidak bangkit sebagai kerajaan baru ataupun kekuatan politik baru.
Kupang (ANTARA) - Sesepuh Lamaholot di Kupang Frans Lebu Raya menegaskan masyarakat Lamaholot yang bermukim di Flores Timur daratan, Pulau Adonara, Solor, Lembata dan Alor tidak bangkit sebagai kerajaan baru ataupun kekuatan politik baru.

"Sekarang ada muncul kerajaan-kerajaan baru. Dari satu sisi kelihatan negatif karena sudah ada pemerintahan resmi, tetapi secara budaya kita harus urut, di Lamaholot ini seperti apa. Kita tidak bangkit sebagai kekuatan politik yang baru, tetapi budayanya harus kita jaga," jelas Lebu Raya di Kupang, Sabtu (1/2).

Gubernur NTT dua periode itu mengemukakan hal itu, pada silahturami akbar masyarakat Lamaholot yang berdomisili di Kupang. ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Menurut dia, budaya harus tetap dijaga dan dilestarikan, untuk memberikan arah bagi perjalanan seluruh anak-anak dan cucu Lamaholot di masa sekarang dan yang akan datang.

"Orang Lamaholot bisa berbeda soal bahasa, tidak apa-apa tetapi kita saling memahami dalam satu budaya yang sama yaitu bau lolon ritual menuangkan tuak ke tanah bagi orang Lamaholot," tambahnya.
Gubernur NTT Victor Laiskodat didampingi Sekda Provinsi Papua Hery Dosinaen yang disambut tarian hedung di kediaman Angkasa Distrik Jayapura Utara pada Jumat (31/1) malam. (ANTARA FOTO/Hendrina Dian Kandipi)
Menurut dua, bau lolon merupakan wujud penghormatan orang Lamaholot pada rera wulan tanah ekan (langit dan bumi) dan menghormatan terhadap leluhur.

"Saya kira hampir sama dengan orang Sumba. Orang Sumba memakamkan orang tuanya di depan rumahnya, karena tidak mau berpisah dengan orang tua mereka," katanya.

Tetapi itu menunjukan kedekatan orang pada leluhurnya, dan tidak ingin jauh dengan mereka yang sudah meninggal.

Orang Adonara, misalnya, sangat dekat dengan leluhur. Mati di Amerika Serikat pun harus dibawa kembali ke Adonara untuk dimakankan di kampung halaman dan ini menunjukkan kedekatan.

Saat ini, ujar dia, ada kegelisahan besar dari kalangan akademisi dan budayawan khususnya dari Lamaholot.

"Apakah nilai-nilai Lamaholot ini masih bisa dipertahankan. Mungkin orang mengerti tetapi apakah bisa diaktualisasikan dan menjaga dan menjadi prinsip dalam kehidupan sehari-hari. ini persoalan dan tantangan bagi generasi muda," jelas dia.