Pemerintah dinilai tak serius cegah penyebaran virus babi Afrika di NTT

id virus babi, dekan fapet undana tentang flu babi,NTT

Pemerintah dinilai tak serius cegah penyebaran virus babi Afrika di NTT

Dekan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Gustaf Oematan (kiri). (ANTARA/Bernadus Tokan)

Sebenarnya pemerintah telah melakukan tindakan preventif, tapi sepertinya tidak serius.
Kupang (ANTARA) - Dekan Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Ir Gustaf Oematan MSi menilai pemerintah daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak serius dalam mencegah penyebaran virus flu babi Afrika di daerah itu.

"Sebenarnya ada beberapa langka yang sudah dilakukan pemerintah daerah untuk mencegah masuknya virus flu babi Afrika ini ke wilayah NTT, tapi tidak masif, sehingga informasi itu sebagian tidak sampai di peternak," kata Gustaf Oematan kepada ANTARA di Kupang, Jumat (13/3).

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan merebaknya virus flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur yang mengakibatkan ribuan ekor ternak mati, dan langkah pencegahan yang sudah dilakukan pemerintah.

Menurut dia, virus ASF ini sebenarnya sudah dideteksi beberapa bulan yang lalu di beberapa tempat, dan terakhir di negara Timor Leste yang berbatasan dengan Indonesia.

Baca juga: Pulau Timor positif terserang virus ASF

Wilayah NTT adalah bagian dari Indonesia yang berbatasan darat dengan Timor Leste, sehingga virus dapat dengan mudah menyebar ke wilayah NTT, katanya.

Menurut dia, sebenarnya pemerintah telah melakukan tindakan preventif, tapi sepertinya tidak serius, sehingga penyebaran virus tersebut sudah meluas di seluruh wilayah di daratan Timor.

Baca juga: Ribuan ekor ternak babi di Kabupaten Kupang mati akibat virus ASF

"Kalau ada kasus, baru pemerintah turun untuk melakukan tindakan. Sudah banyak ternak yang mati dan merugikan para petani," katanya.

"Sebut saja 3.000 ekor babi yang mati dengan hitungan satu ekor paling rendah Rp3.000.000, maka secara ekonomi ada kerugian sekitar Rp9 miliar dalam waktu tidak sampai satu bulan," katanya.

Menurut dia, sebenarnya yang harus dilakukan pemerintah adalah pengetatan dan atau penutupan distribusi komoditas peternakan dari daerah yang positif kena virus ASF melalui karantina.

Baca juga: Pemerintah tutup lalu lintas ternak babi dari dan ke NTT

Selain melakukan vaksinasi terhadap ternak-ternak sebelum virus itu menyebar. "Berikan pemahaman kepada para peternak untuk meningkatkan manajemen sanitasi pemeliharaan ternak, terutama pakan (pemberian pakan yang baik dengan vitamin yang cukup) dan perkandangan," katanya menjelaskan.

Dia menambahkan, membasmi virus sangat sulit kerena virus selalu bermutasi membentuk virus baru sehingga sulit untuk diobati. "Jika pemerintah serius dengan melakukan langkah-langkah tersebut, minimal risiko kematian ternak dapat dielimanasi, katanya.

Baca juga: Cegah virus ASF, Pasokan ternak babi dilarang masuk Flores Timur