Serangan Hama Belalang Siklus 10 Tahunan

id Belalang

Serangan Hama Belalang Siklus 10 Tahunan

Serangan hama belalang di Sumba Timur, NTT merupakan siklus 10 tahunan

"Kita sudah menghitung serangan hama belalang ini dan diperkirakan hampir setiap sepuluh tahun hama belalang ini menyerang lahan pertanian warga di Sumba Timur," kata Gubernur Frans Lebu Raya.
Kupang (Antara NTT) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya menilai serangan hama belalang Kembara di wilayah Sumba Timur sejak Sabtu, (10/6) lalu merupakan bagian dari siklus 10 tahunan.

"Kita sudah menghitung serangan hama belalang ini dan diperkirakan hampir setiap sepuluh tahun hama belalang ini menyerang lahan pertanian warga di Sumba Timur," katanya kepada Antara di Kupang, Rabu.

Orang nomor satu di NTT itu mengatakan bahwa beberapa tahun lalu pemerintah provinsi bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) juga telah meneliti soal serangan hama belalang tersebut.

Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa serangan hama belalang ke wilayah pertanian tersebut karena predator dari ribuan belalang itu berkurang.

"Predator dari para hama belalang ini selalu diburu oleh manusia. Predator tersebut seperti burung dan sejenisnya. Hal inilah yang mengakibatkan semakin banyaknya perkembangan dari hama belalang tersebut," ujarnya.

Gubernur dua periode itu mengatakan bahwa larva dari hama belalang sendiri mempunyai ketahanan hidup yang kuat sehingga saat menetas, akan mengakibatkan kembali berkembang biaknya hama-hama tersebut.

Untuk membasmi hama tersebut, menurut gubernur Frans, pemusnahannya harus dilakukan pada saat musim penghujan atau pada awal musim kemarau untuk mencegah menyebarnya hama tersebut.

Dari data yang ia peroleh penyerangan hama belalang itu hanya terjadi di dua wilayah di NTT yakni pulau Sumba khususnya Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).

Namun jika dibandingkan dengan sepuluh tahun sebelumnya serangan hama belalang pada tahun 2017 ini masih terbilang sedikit karena tak terlihat menutupi jalan raya.

"Kalau tahun ini hanya sedikit. Dan informasi terakhir saya dapatkan bahwa serangan hama tersebut sudah mulai berkurang," tuturnya.

Hal ini dikarenakan sudah ada tim Brigade Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) di Sumba Timur yang bertugas membasmi sejumlah hama tersebut.

Tindakan pengendalian
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTT Yohanis Tay Ruba mengatakan pemerintah provinsi sudah mengirim bantuan pestisida dan melakukan tindakan pengendalian terhadap hama belalang yang menyerang Sumba Timur.

"Untuk kasus hama belalang di Sumba Timur, kita sudah memberikan bantuan dan juga melakukan pengendalian di lapangan dengan melibatkan instansi terkait," katanya kepada Antara.

Serangan hama belalang di Sumba Timur terus meluas. Pekan lalu hama belalang memasuki wilayah Kecamatan Kota dan Kambera.

Data sementara menunjukkan, hama belalang menyerang 21 hektare padi sawah di sekitar Kelurahan Kambaniru dan 221 hektare perkebunan jagung petani di wilayah Kelurahan Mau Hau dan Kelurahan Kambaniru. 

"Tetapi kalau data kerusakan terakhir setelah Sabtu 10 Juni khusus untuk serangan hama belalang kami belum merangkumnya di lapangan. Hama belalang awalnya menyerang tanaman pangan petani di wilayah kecamatan," kata Kepala Dinas Pertanian Sumba Timur, Yohanis Yohanis Hiwa Wunu.

Yohanis Tay menambahkan, keberadaan hama belalang kembara sudah ada sejak Januari 2017 lalu di Kecamatan Umalulu, Sumba Timur.

Namun populasi masih di padang penggembalaan dan belum menyerang tanaman pangan maupun hortikultura.

Untuk mengantisipasi serangan hama belalang pada tanaman dan hortikultura, sudah dilakukan pengendalian oleh petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur.

Menurut dia, sampai dengan bulan April 2017, sudah dilakukan upaya pengendalian pada 161 titik/koloni.

Pengendalian dilakukan dengan menggunakan pestisida Confidor dan Fokker. Pestisida yang digunakan adalah Confidor sebanyak sekitar 10 liter dan Fokker sebanyak sekitar lima liter, katanya menjelaskan.

60 hektare
Tay Ruba mengatakan, luas tanaman pertanian yang rusak akibat serangan hama belalang di Kabupaten Sumba Timur sekitar 60 hektare.

"Data sementara menunjukkan bahwa luas areal tanaman jagung milik petani yang terserang hama sekitar 60 hektare. Data ini masih pada bulan Mei 2017. Data bulan Juni belum masuk," katanya.

Ia menjelaskan, sebenarnya keberadaan hama belalang kembara sudah ada sejak Januari 2017 lalu di Kecamatan Umalulu, Sumba Timur.

Namun, populasi belalang masih di padang pengembalaan dan belum menyerang pertanaman pangan maupun holtikultura.

Pada bulan Mei, baru hama belalang masuk kepertanaman yaitu menyerang hamparan tanaman jagung yang berumur sekitar satu bulan seluas 60 hektare, dengan perincian 1,5 hektare puso, 28 hektare ringan dan sudah dikendalikan. 

Sedangkan di padang penggembalaan dilakukan pengendalian hama belalang sebanyak 85 titik/koloni.

Pada bulan Juni 2017 ada penambahan luas tanaman jagung yang terserang yaitu seluas  5 Ha dengan kategori ringan dan sudah dikendalikan. Sedangkan di padang penggembalaan dilkukan pengendalian sebanyak 11 titik/koloni, katanya.

Mengenai stok pestisida, dia mengatakan pestisida yang tersedia di Kabupaten Sumba Timur adalah Confidor 30 kg, Fokker 820 kg.

Semengara peralatan pendukung yang digunakan untuk pengendalian belalang kembara yang tersedia di Kabupaten Sumba Timur (pengadaan tahun 2015) adalah Mist blower 20 unit, Hand spayer 140 unit. 

UPT Proteksi TPHP Provinsi NTT katanya juga telah menyalurkan pestisida Confidor sebanyak 100 sachet (100 gr), dan melaksanakan pengendalian di lapangan.