Rektor: Lahan kering di NTT bukan alasan untuk menyerah

id Rektor, Undana, Kota Kupang, NTT

Rektor: Lahan kering di NTT bukan alasan untuk menyerah

Rektor Undana Prof Fred Benu. (ANTARA/Kornelis Kaha)

Seharusnya kita bisa bersyukur karena lahan kering kepulauan itu hanya ada dua yakni di NTT dan juga di Maluku Selatan, dan keberadaan lahan kering ini harusnya membuat kita semakin kuat untuk mengolahnya bukan sebaliknya

Kupang (ANTARA) - Rektor Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang, Fred Benu menilai bahwa lahan kering yang ada di Nusa Tenggara Timur bukan menjadi alasan untuk menyerah pada alam, tetapi justru mensyukurinya.

"Seharusnya kita bisa bersyukur karena lahan kering kepulauan itu hanya ada dua yakni di NTT dan juga di Maluku Selatan, dan keberadaan lahan kering ini harusnya membuat kita semakin kuat untuk mengolahnya bukan sebaliknya," katanya dalam web-seminar (webinar) yang diselenggarakan oleh BBKSA NTT, dengan tema "Ketahanan pangan masyarakat sekitar kawasan konservasi berkelanjutan" di Kupang, Jumat (19/6).

Baca juga: Pengamat : subsidi petani diharapkan jadi tradisi baru pembangunan pertanian

Ia mengatakan dari hasil penelitiannya ada sejumlah potensi yang ada di NTT yang mampu di hasilkan dari pertanian lahan kering yang menurut dia tidak perlu harus dikhawatirkan tetapi harus disyukuri.

Namun sayangnya sejumlah potensi keanekaragaman hayati itu belum dioptimalkan sebagai sumber pangan masyarakat karena tak ada kreatifitas dalam pengembangan lahan kering itu sendiri.

Beberapa diantaranya itu adalah 57 jenis sumber karbohidrat, kemudian 55 jenis sumber lemak atau minyak, 26 jenis kacang-kacangan, 273 jenis buah-buahan, 178 jenis sayuran, 32 jenis bahan minuman dan 94 jenis rempah-rempah dan bumbu-bumbuan.

"Sayangnya potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal sebagai sumber pangan masyarakat di daerah lahan kering seperti NTT ini," ujar dia.

Baca juga: Pemerintah daerah harus serius antisipasi peringatan FAO

Ia menguraikan saat ini lahan kering yang ada di NTT mencapai 1,5 hektare. Dan yang baru dimanfaatkan saat ini baru sekitar 60 persen saja, padahal seluruh masyarakat di NTT ini hidup di lahan kering.

Disamping itu sesuai penelitian yang dilakukan, lahan kering yang ada di NTT ini menurut guru besar di universitas negeri tersebut berbeda dengan lahan kering yang ada di daerah lain di Indonesia

"Kalau dilihat dari peta global lahan kering kepulauan itu hanya ada di NTB sebagian, kemudian Maluku Selatan sebagian, dan di NTT hampir seluruhnya," tutur dia.

Oleh karena itu banyak potensi-potensi perkebunan yang dihasilkan melalui lahan kering yang ada di NTT ini. Namun lanjut dia sayangnya belum dimanfaatkan semuanya.

Baca juga: Balitbangtan bantu benih jagung toleran kekeringan ke NTT

Oleh karena itu ia berharap agar para petani di daerah NTT ini tak perlu merasa bahwa lahan kering itu merupakan lahan yang sulit diolah, justru sebaliknya mampu diolah dengan baik jika dilakukan dengan tekun.