Kupang (Antara NTT) - Mantan anggota DPRD Nusa Tenggara Timur dari F-PDI Perjuangan Anton Landi mengatakan peristiwa perampokan terhadap pengunjung obyek wisata di Sumba Barat Daya (SBD), merupakan ancaman bagi masa depan industri pariwisata di daerah itu.
"Perampokan sepeda motor dan aksi permintaan sejumlah uang dengan ancaman kekerasan, sudah sering terjadi dan menghawatirkan industri parwisata di Sumba Barat Daya," kata Anton Landi kepada Antara di Kupang, Selasa.
Mantan anggota DPRD NTT daerah pemilihan Sumba itu, mengemukakan hal itu berkaitan dengan insiden perampokan sepeda motor kepada salah seorang pengunjung obyek wisata pekan lalu.
Martha Killa Ghoba dalam laman facebook mengisahkan kejadian yang mengerikan saat berwisata di Pantai Ratenggaro, Desa Ratenggaro, Kecamatan Kodi Bangedo, pada Kamis (16/11).
Pantai Ratenggaro merupakan salah satu pantai terindah di Kodi, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur menjadi tujuan wisata.
Selain pasir putih dan birunya laut, di pantai ini ada kuburan megalitikum. Pantai ini menyatu dengan kampung adat Ratenggaro.
Martha bersama seorang adik perempuanya berkunjung ke Pantai Ratenggaro. Saat lagi menikmati keindahan Pantai Ratenggaro sambil selfie, dia dihampiri dua pemuda. Kedua pemuda yang tidak dikenalnya itu langsung menodong parang di lehernya.
Meski sudah memberitahu bahwa dia berasal dari Ranggabaki dan Ratenggaro (Kodi), namun dua pemuda itu tidak peduli. Mereka merampas sepeda motor dan handphone (HP) merek OPPO A37 miliknya.
Peristiwa yang dialaminya dishare lewat akun Facebook Martha Killa Ghoba. Anton Landi mengatakan, peristiwa tersebut sudah sering dialami para pengunjung obyek wisata di daerah itu.
Karena itu, dia meminta pemerintah Kabupaten SBD dan aparat kepolisian perlu bertindak tegas dan mengambil langkah-langkah untuk menimbulkan rasa aman dan nyaman pada berbagai obyek wisaya di wilayah tersebut.
"Perampokan disertai dengan tindakan kekerasan (pemalakan) sepeda motor sudah sering terjadi dan menghawatirkan industri wisata SBD, namun aparat kepolian dan pemda SBD tampak masa bodoh mendengar kisah-kisat pahit yang dialami para pengunjung," kata Anton Landi.