Baru 2,5 ton sampah diangkut dari Komodo

id Sampah

Baru 2,5 ton sampah diangkut dari Komodo

Tebaran sampah di Pulau Komodo, Flores Barat, NTT yang berhasil dikumpulkan sekitar 2,5 ton. (ANTARA Foto/Humas TNK)

Puluhan warga yang terhimpun dalam Masyarakat Peduli Sampah mengumpulkan sampah hingga mencapai 2,5 ton di Pulau Komodo untuk membuat kawasan wisata unggulan itu makin bersih dan nyaman dikunjungi oleh para wisatawan.
Kupang (AntaraNews NTT) - Taman Nasional Komodo (TNK) yang merupakan habitatnya binatang purba raksasa Komodo (varanus komodoensis) itu, penuh dengan tebaran sampah yang sangat menjijikan bagi siapa pun yang berkunjung ke lokasi wisata unggulan nasional itu.

Puluhan warga yang terhimpun dalam Masyarakat Peduli Sampah mengumpulkan sampah hingga mencapai 2,5 ton di Pulau Komodo untuk membuat kawasan wisata unggulan itu makin bersih dan nyaman dikunjungi oleh para wisatawan.

"Sampah-sampah itu dibersihkan selama dua hari kegiatan MPS dari 22-23 Februari pada tiga titik dalam Kawasan Wisata Komodo yaitu Desa Papagarang, Rinca, dan Komodo," kata  Kepala Taman Nasional Komodo Budy Kurniawan ketika dihubungi Antara dari Kupang, Sabtu.

Ia menjelaskan anggota MPS dalam kegiatan itu sekitar 35 warga. Mereka yang berasal dari tiga desa di kawasan wisata unggulan itu mengumpulkan sampah secara manual dengan karung berkapasitas 100 kg untuk diangkut ke Labuan Bajo, Ibu Kota Kabupaten Manggarai Barat di Pulau Flores.

Sampah terbanyak yang terkumpul untuk sementara di Desa Papagarang 11 karung, Desa Rinca enam karung, dan Desa Komodo delapan karung.

"Rencana sampah yang dikumpul ini ditimbang di Labuan Bajo oleh Koperasi Serba Usaha (KSU) sebagai penampung," katanya.

Budy mengatakan MPS yang telah dibentuk pada Selasa (20/2) itu, akan melakukan kegiatan pengumpulan sampah selama setahun ke depan.

Pengumpulan sampah, lanjutnya, selama lima hari setiap bulan dan diangkut ke Labuan Bajo setelah dipisahkan antara sampah organsk dan anorganik.

Ia mengatakan penanganan masalah sampah di tempat wisata unggulan yang terkenal sebagai habitat satwa purba, komodo (Varanus komodoensis) itu, menjadi fokus karena selama ini terus dikeluhkan wisatawan maupun berbagai pihak lainnya.

Dalam kondisi arus wisatawan normal, produksi sampah di kawasan wisata itu tercatat mencapai 650 kg.

Budy mengatakan TN Komodo juga dipersiapkan untuk menyambut kehadiran para tamu internasional yang mengikuti "annual meeting" IMF-World Bank di Bali pada Oktober 2018.

"Untuk itu menjadi `konsen` kami untuk melakukan penertiban secara masih baik sampah-sampah di darat maupun laut," katanya.

Ia menambahkan pembentukan MPS menjadi salah satu solusi untuk mengurangi sampah, baik di pemukiman masyarakat maupun lokasi-lokasi wisata, untuk meningkatkan kualitas layanan wisatawan.