BPBD NTT minta masyarakat akses peringatan cuaca dini dari BMKG

id bpbd,mitigasi bencana,peringatan dini,NTT

BPBD NTT minta masyarakat akses peringatan cuaca dini dari BMKG

Hujan lebat dan angin kencang pada Sabtu (30/10/2021) mengakibatkan rumah warga di Desa Tanaduen, Kecamatan Kangae, Sikka rusak (ANTARA/HO-Polres Sikka)

...Masyarakat harus akses peringatan dini cuaca yang dirilis BMKG agar lebih siaga untuk mengevakuasi diri
Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Timur meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan menghadapi La Nina yang mengakibatkan ancaman bencana hidrometeorologi dengan mengakses peringatan dini cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

"Masyarakat harus akses peringatan dini cuaca yang dirilis BMKG agar lebih siaga untuk mengevakuasi diri," kata Kepala Pelaksana BPBD NTT Ambrosius Kodo ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Senin, (1/11).

BMKG telah memprakirakan potensi curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang sejak 31 Oktober hingga 6 November 2021 di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk NTT.

Oleh karena itu, Ambrosius mengimbau masyarakat untuk siaga dan memperhatikan kondisi cuaca, khususnya bagi warga yang tinggal di daerah bantaran sungai atau lereng curam yang rawan longsor.

Dia juga mengharapkan informasi peringatan dini cuaca bisa tersampaikan ke masyarakat.

Dia mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk menginisiasi grup yang bisa mengorganisasi aparat pemerintah, baik camat, lurah/kepala desa, koramil, maupun anggota polres.

Dengan demikian, peringatan dini bisa diketahui oleh anggota grup, sedangkan informasi atau arahan terkait dengan kesiapsiagaan bencana bisa tersampaikan secara cepat.

Dalam rangka menghadapi dampak La Nina, BPBD NTT telah berkoordinasi dengan pemangku kepentingan untuk melakukan berbagai langkah mitigasi bencana, salah satunya merampungkan dokumen rencana kontingensi ancaman bencana akibat cuaca ekstrem.

Dokumen tersebut, kata dia, menjadi dasar untuk melakukan geladi atau simulasi persiapan diri menghadapi ancaman bencana.

Selain itu, dokumen tersebut memetakan sumber daya manusia, peralatan, dan sumber daya lain yang bisa dimanfaatkan ketika terjadi bencana.

"Setelah dokumen ini selesai, kita bisa lakukan geladi simulasi di tingkat provinsi dan selanjutnya ditindaklanjuti oleh kabupaten/kota," ujar Ambrosius.

Baca juga: BPBD Sikka bantu korban bencana angin kencang

Baca juga: BPBD NTT minta semua posko diaktifkan hadapi angin kencang