Kupang (Antara NTT) - Pengamat ekonomi dari Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang Dr Thomas Ola Langoday mengatakan isu penarikan uang secara massal "Rush Money" tidak mempengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah.
"Saat ini sistem keuangan dan perbankan dalam keadaan sehat, sehingga tidak kuat alasan penarikan uang secara massal yang diisukan terkait demo yang bakal digelar tanggal 2 Desember, tidak akan mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa.
Karena itu, katanya, masyarakat di pasar tidak perlu resah dan gelisah, karena merupakan informasi dan berita "Hoax" atau berita bohong yang disebar oknum tak bertanggungjawab.
Dia menyebut hal itu tergambar dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada pada level di atas 5 persen, ketika negara lain di bawah itu dengan inflasi kisaran 3 persen.
Ekonomi Nusa Tenggara Timur (NTT) sampai dengan triwulan III 2016 tumbuh 5,19 persen (c-to-c) dengan pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha listrik dan gas sebesar 14,35 persen.
Sementara ekonomi NTT triwulan III-2016 terhadap triwulan III-2015 tumbuh 5,14 persen (y-on-y).
Sedangkan, perekonomian NTT diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan III 2016 mencapai Rp21,98 triliun dan atas dasar harga konstan mencapai Rp15,49 triliun.
"Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tumbuh 7,60 persen," katanya.
Ekonomi NTT triwulan III-2016 terhadap triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 5,44 persen (q-to-q).
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Pertambangan dan Penggalian sebesar 11,63 persen.
Sedangkan, dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Konsumsi LNPRT (7,83 persen) dan Pembentukan modal tetap bruto (5,62 persen).
Jadi menurut dia, rupiah semakin kekar mendekati level 13.000 lebih per dollar Amerika Serikat (AS).
Mengacu data Bloombergdi pasar spot, rupiah di level 13 per dollar Amerika Serikat (AS) atau menguat 0,58 persen dari sebelumnya Rp 13.232 per dollar AS.
Catatan serupa terlihat pada kurs Jakarta Interbank Spot Dollar (Jisdor). Posisi rupiah berada di level 13.159 per dollar AS atau menguat 0,76 persen dari sebelumnya 13.260 per dollar AS. Dengan demikian, rupiah berada level terkuatnya pada tahun ini.
Menurut dia, fundamental dalam negeri masih cukup kuat dalam menopang rupiah. Dana asing juga terus mengalir.
Secara year to date atau sejak awal tahun 2016 hingga saat ini, net buy di pasar saham mencapai 190 juta dollar AS dan di pasar obligasi sekitar 2,1 miliar dollar AS.
"Ini menjadi pertanda kuat bahwa kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia masih terjaga, dan tentunya positif bagi mata uang," katanya.
Harga minyak mentah dunia juga sudah mendekati level 35 dollar AS per barrel. Membaiknya harga komoditas jadi angin segar bagi rupiah.