Lahan terbakar bukan di kawasan wisata

id Bakar

Lahan terbakar bukan di kawasan wisata

Kebakaran hutan yang terjadi di Pulau Komodo, Flores, NTT beberapa waktu lalu, bukan terjadi di kawasan lahan wisata Taman Nasional Komodo (TNK). (ANTARA Foto/dok)

"Kawasan seluas 27,5 hektare yang terbakar itu merupakan cagar alam Wae Wuul, dan bukan merupakan lahan wisata seperti yang dilansir media sebelumnya," kata P Pudjiadi.
Kupang (AntaraNews NTT) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Nusa Tenggara Timur wilayah kerja Kabupaten Manggarai Barat sampai dengan Kabupaten Ende di Pulau Flores mengkonfirmasi bahwa lahan yang terbakar di kawasan Wae Wuul di Kecamatan Komodo, tidak masuk dalam kawasan wisata Taman Nasional Komodo (TNK).

"Kawasan seluas 27,5 hektare yang terbakar itu merupakan cagar alam Wae Wuul, dan bukan merupakan lahan wisata seperti yang dilansir media sebelumnya," kata Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II BBKSDA NTT P Pudjiadi kepada Antara saat dihubungi dari Kupang, Rabu (4/7).

Sejumlah lahan yang terbakar milik BKSDA Kementerian Lingkungan Hidup di Flores tersebut sebagian di antaranya semula diduga masuk dalam kawasan wisata di Dusun Menjaga, Desa Macan Tanggar, Kecamatan Komodo, arah selatan Pulau Rinca Taman Nasional Komodo.

Cagar alam Wae Wuul yang terbakar itu merupakan padang rumput atau savana, dan tidak ada lahan gambut di kawasan itu. "Lahan yang terbakar itu diduga sengaja dilakukan oleh masyarakat setempat," katanya.

Dalam catatan BBKSDA NTT, kebakaran di cagar alam Wae Wuul itu umumnya dilakukan oleh penggembala liar, seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

Baca juga: "Speed Boat" terbakar di kawasan TN Komodo

Sebenarnya di cagar alam tersebut terdapat larangan untuk memasukinya tanpa izin, termasuk larangan menggembalakan ternak, tetapi masyarakat sering menggembala secara liar.

Untuk mencegah terjadi kembali kasus kebakaran tersebut saat ini pihaknya sudah melakukan pendekatan persuasif dengan cara pemasangan papan larangan membakar lahan di kawasan itu.

Di samping itu dilakukan sosialisasi, serta dibentuk kelompok masyarakat mitra api (MPA). Kemudian juga untuk langkah preventif dilakukan patroli pencegahan kebakaran, dekteksi dini lokasi rawan karhutla, sementara untuk Repsesif dilakukan pemadaman kebakaran dengan melibatkan masyarakat sekitar.

"Ini juga bagian dari salah satu cara mengajak masyarakat untuk peduli kepada lingkungan sekitar," ujarnya. Apalagi saat ini sedang musim kemarau, kecenderungan untuk terjadi kebakaran lahan akan sangat tinggi yang kemudian dapat merambat ke sejumlah kawasan lainnya.

Baca juga: Kawasan Hutan Tanah Daru Terbakar