Matim bangun gerakan orang tua asuh atasi stunting
Setiap pejabat mulai dari kepala dinas, sekretaris, dan kepala bidang masing-masing bertanggung jawab satu anak stuntingstunting , sedangkan dua kepala jenis kelamin bertanggung jawab satu anak...
Labuan Bajo, NTT (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur mengembangkan Gerakan Orang Tua Asuh (GN OTA) untuk mengatasi masalah stunting di kabupaten tersebut.
“Setiap pejabat mulai dari kepala dinas, sekretaris, dan kepala bidang masing-masing bertanggung jawab satu anak stuntingstunting , sedangkan dua kepala jenis kelamin bertanggung jawab satu anak,” kata Kepala Dinas Kesehatan Manggarai Timur, dr Surip Tintin saat dihubungi dari Labuan Bajo, Ahad.
Ia menjelaskan Gerakan Orang Tua Asuh untuk anak stunting dimulai di Desa Sita, Kecamatan Ranamese yang merupakan wilayah dengan jumlah kasus stunting tertinggi di Manggarai Timur.
Gerakan dimulai dengan 10 anak dari 58 anak stunting di wilayah tersebut karena Ranamese yang menjadi wilayah tertinggi kasus stunting.
Tintin mengatakan, setiap orang tua asuh bertanggung jawab atas kualitas kesehatan anak asuhnya dalam bentuk pemberian uang yang akan dikelola oleh Tim PKK setempat.
Uang tersebut akan digunakan untuk menyediakan makanan tambahan selama 30 hari di Pos Gizi Desa Nantal, Desa Sita. Berat badan anak akan ditimbang dan dilaporkan kepada orang tua asuh masing-masing.
“Nantinya anak-anak mendapatkan satu kali makan siang dengan menu seimbang dan susu serta diawasi oleh ahli gizi dari Puskesmas,” kata Surip Tintin.
Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas, yang hadir pada peluncuran gerakan di Desa Sita, Sabtu, menyambut baik kerja keras dinas kesehatan sebagai organisasi daerah pertama yang menjalankan Gerakan Orang Tua Asuh.
Menurutnya, Gerakan Orang Tua Asuh merupakan gerakan untuk menghidupkan kembali budaya gotong royong dalam meningkatkan kesehatan anak.
Ia menilai, uang yang disalurkan para orang tua asuh dapat digunakan sebaik mungkin untuk gizi anak-anak.
Bupati juga berharap kegiatan serupa dapat diikuti oleh organisasi daerah lainnya.
“Jika setiap pejabat atau mereka yang termasuk golongan mampu memiliki komitmen untuk menjadi orang tua asuh satu anak saja, maka dapat dipastikan masalah stunting di Manggarai Timur dapat teratasi tanpa kita terlalu mengandalkan program dari luar," demikian Agas Andreas.
Baca juga: Di Pabuaran Sukabumi, Relawan Puan Maharani sosialisasikan kelor sebagai pencegah stunting
Baca juga: Artikel - Rekam jejak penyebab stunting pada anak
“Setiap pejabat mulai dari kepala dinas, sekretaris, dan kepala bidang masing-masing bertanggung jawab satu anak stuntingstunting , sedangkan dua kepala jenis kelamin bertanggung jawab satu anak,” kata Kepala Dinas Kesehatan Manggarai Timur, dr Surip Tintin saat dihubungi dari Labuan Bajo, Ahad.
Ia menjelaskan Gerakan Orang Tua Asuh untuk anak stunting dimulai di Desa Sita, Kecamatan Ranamese yang merupakan wilayah dengan jumlah kasus stunting tertinggi di Manggarai Timur.
Gerakan dimulai dengan 10 anak dari 58 anak stunting di wilayah tersebut karena Ranamese yang menjadi wilayah tertinggi kasus stunting.
Tintin mengatakan, setiap orang tua asuh bertanggung jawab atas kualitas kesehatan anak asuhnya dalam bentuk pemberian uang yang akan dikelola oleh Tim PKK setempat.
Uang tersebut akan digunakan untuk menyediakan makanan tambahan selama 30 hari di Pos Gizi Desa Nantal, Desa Sita. Berat badan anak akan ditimbang dan dilaporkan kepada orang tua asuh masing-masing.
“Nantinya anak-anak mendapatkan satu kali makan siang dengan menu seimbang dan susu serta diawasi oleh ahli gizi dari Puskesmas,” kata Surip Tintin.
Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas, yang hadir pada peluncuran gerakan di Desa Sita, Sabtu, menyambut baik kerja keras dinas kesehatan sebagai organisasi daerah pertama yang menjalankan Gerakan Orang Tua Asuh.
Menurutnya, Gerakan Orang Tua Asuh merupakan gerakan untuk menghidupkan kembali budaya gotong royong dalam meningkatkan kesehatan anak.
Ia menilai, uang yang disalurkan para orang tua asuh dapat digunakan sebaik mungkin untuk gizi anak-anak.
Bupati juga berharap kegiatan serupa dapat diikuti oleh organisasi daerah lainnya.
“Jika setiap pejabat atau mereka yang termasuk golongan mampu memiliki komitmen untuk menjadi orang tua asuh satu anak saja, maka dapat dipastikan masalah stunting di Manggarai Timur dapat teratasi tanpa kita terlalu mengandalkan program dari luar," demikian Agas Andreas.
Baca juga: Di Pabuaran Sukabumi, Relawan Puan Maharani sosialisasikan kelor sebagai pencegah stunting
Baca juga: Artikel - Rekam jejak penyebab stunting pada anak