Artikel - Mengenal tenun Mata Manuk, tradisi dan nilai ekonomi

id Tenun mata manuk,Labuan bajo,Ktt asean,Asean 2023,artikel tenunan

Artikel - Mengenal tenun Mata Manuk, tradisi dan nilai ekonomi

Pelaku usaha mikro, kecil dan Menengah (UMKM) memamerkan salah satu desain tenun Mata Manuk dari Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur di kawasan Wisata Goa Batu Cermin, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Jumat (5/5/2023). (ANTARA/Maria Cicilia Galuh)

...Nama "Mata Manuk" belakangan mencuat lantaran disebut menjadi cenderamata yang akan diberikan kepada para Kepala Negara ASEAN pada perhelatan KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, NTT, pada 9-11 Mei 2023
Kain tenun memiliki variasi warna yang beragam, mulai dari gelap seperti hitam, biru tua, cokelat, merah, hijau daun dan abu-abu, warna-warna lembut seperti biru muda, merah muda, krem, hingga putih, serta warna cerah yang diwakili oleh oranye, fuschia atau perpaduan pink dan ungu, hingga hijau stabilo.

Warna-warna gelap dan lembut biasanya menggunakan pewarna alam atau dari bahan-bahan alami, seperti daun, bunga, batang pohon, hingga kulit kayu, sedangkan warna cerah dan menyala, rata-rata menggunakan bahan kimia dan benang berbahan polyster.

Pewarnaan menggunakan bahan kimia mungkin terlihat lebih menarik, namun hasil akhir ketika digunakan akan sangat berbeda. Menurut Karolina, kain dengan bahan benang sintesis akan memberikan rasa panas atau gerah, sedangkan pewarna alam meninggalkan rasa dingin atau adem.

Pembuatan pewarna alam dilakukan dengan berbagai proses. Misalnya, untuk membuat warna kuning, penenun perlu merebus batang nangka, lalu airnya digunakan untuk merendam benang putih. Namun, bila ingin menciptakan warna abu-abu, penenun dapat merebus kulit mahoni.

Kalau sekarang yang banyak disenangi itu pewarna alam karena teksturnya lembut, dingin dan tidak zat kimia.


Bernilai ekonomi