Upaya lain juga dioptimalkan pemerintah daerah melalui kegiatan pompanisasi dan normalisasi. Pompanisasi dilakukan dengan membangun tempat penampungan air menggunakan alat berat jenis excavator standard arm untuk mengaliri areal persawahan terdampak kekeringan agar tetap produktif.
Long storage (penampungan air) ini menampung air dari sungai-sungai terdekat yang belum mengering sepenuhnya, menggunakan pompa berkapasitas 150 liter per detik sebelum dialirkan ke petak-petak sawah petani.
Pola kerja pompanisasi ini keliling dari satu wilayah ke daerah sasaran berikutnya. Setelah menyelesaikan pembangunan tempat penampungan hingga memastikan ketersediaan air, alat berat berikut pompa berpindah ke lokasi lain untuk pekerjaan serupa.
Pada saat bersamaan, normalisasi saluran sekunder dan tersier pun dilaksanakan di jalur irigasi yang berada pada areal persawahan mulai dari wilayah utara hingga selatan Kabupaten Bekasi.
Kegiatan normalisasi ini semula terfokus di wilayah utara yang notabene daerah terdampak terparah kekeringan pada areal pertanian. Kecamatan Pebayuran, Kedungwaringin, serta Sukawangi lebih dahulu menjalankan skema ini.
Kegiatan serupa diperluas secara masif hingga ke wilayah Kecamatan Sukakarya, Sukatani, Babelan, Cikarang Barat, hingga Kecamatan Bojongmangu.
Upaya ini terbukti efektif menjaga produktivitas areal pertanian terdampak kekeringan karena mampu mengubah lahan yang semula telah tandus. Potensi panen pun muncul guna menjaga ketahanan pangan sekaligus menambah cadangan beras milik daerah.
Di wilayah Kecamatan Bojongmangu baru-baru ini, para petani di Desa Karangmulya, Bojongmangu, dan Sukabungah masih sanggup memanen padi dengan hasil normal.
Di tiga desa tersebut, 20 hektare sawah berhasil panen dengan 1 hektare lahan menghasilkan panen hingga 6 ton gabah sehingga mampu menjaga ketersediaan dan ketahanan pangan.
Penambahan debit air