Artikel - Inggris vs Belanda: Laga oktan tinggi antara dua kiblat sepak bola
Gaya bermain sepak bola Inggris tidak mengenal basa basi karena langsung mengumpan atau menyerang...
Jakarta (ANTARA) - Inggris yang masih menghadapi masalah di barisan depan akan menghadapi Belanda yang telah berubah lebih bagus sejak memasuki fase knockout, segera bertemu dalam semifinal Euro 2024 di Signal Iduna Park, Dortmund, pada Kamis, (11/7/2024) dini hari esok pukul 02.00 WIB.
Ini untuk ketiga kalinya Gareth Southgate mengantarkan Inggris ke babak empat besar turnamen utama sepak bola setelah Piala Dunia 2018 dan Euro 2020.
Dia berusaha mengulangi pencapaian tiga tahun lalu ketika Three Lions mencapai final Euro 2020 yang gagal mereka menangkan setelah kalah adu penalti melawan Italia.
Tak ada pelatih Inggris yang mencapai titik yang dicapai Southgate, yang hanya sekali gagal mengantarkan Three Lions ke babak empat besar saat Piala Dunia 2022.
Sebaliknya, Ronald Koeman berusaha menjadi pelatih Belanda kedua yang mengantarkan Oranye ke final Piala Eropa setelah Rinus Michels pada 1988.
Dia juga berusaha menjadi pelatih Belanda keempat setelah Michels, Bert van Marwijk dan Ernst Happel yang mencapai babak final turnamen utama sepak bola.
Belanda dan Inggris merupakan tim yang unik. Jika Inggris pernah menjuarai Piala Dunia tapi tak pernah menjuarai Piala Eropa, maka Belanda adalah tim juara Eropa yang tak pernah menjuarai Piala Dunia.
Southgate dan Koeman menjadi dua orang yang sangat menentukan kedua tim dalam mencatat sejarahnya masing-masing.
Mereka juga berusaha mengukuhkan mana dari dua kutub sepak bola ini yang lebih hebat, apakah gaya sepak bola Inggris atau pola bermain Belanda.
Gaya bermain sepak bola Inggris tidak mengenal basa basi karena langsung mengumpan atau menyerang.
Inggris juga menekankan kekuatan fisik, selain juga struktur pertahanan yang kuat, umpan-umpan langsung, dan kepiawaian memperlakukan bola mati.
Sebaliknya, trademark sepak bola Belanda adalah permainan menyerang yang mengalir bebas dalam filosofi "total football".
Filosofi bermain ini mendorong pergerakan bola dan pemain yang luwes dan lancar, disertai pertukaran posisi yang fleksibel, dan permainan menyerang yang kreatif.
Barisan depan tumpul
Ini untuk ketiga kalinya Gareth Southgate mengantarkan Inggris ke babak empat besar turnamen utama sepak bola setelah Piala Dunia 2018 dan Euro 2020.
Dia berusaha mengulangi pencapaian tiga tahun lalu ketika Three Lions mencapai final Euro 2020 yang gagal mereka menangkan setelah kalah adu penalti melawan Italia.
Tak ada pelatih Inggris yang mencapai titik yang dicapai Southgate, yang hanya sekali gagal mengantarkan Three Lions ke babak empat besar saat Piala Dunia 2022.
Sebaliknya, Ronald Koeman berusaha menjadi pelatih Belanda kedua yang mengantarkan Oranye ke final Piala Eropa setelah Rinus Michels pada 1988.
Dia juga berusaha menjadi pelatih Belanda keempat setelah Michels, Bert van Marwijk dan Ernst Happel yang mencapai babak final turnamen utama sepak bola.
Belanda dan Inggris merupakan tim yang unik. Jika Inggris pernah menjuarai Piala Dunia tapi tak pernah menjuarai Piala Eropa, maka Belanda adalah tim juara Eropa yang tak pernah menjuarai Piala Dunia.
Southgate dan Koeman menjadi dua orang yang sangat menentukan kedua tim dalam mencatat sejarahnya masing-masing.
Mereka juga berusaha mengukuhkan mana dari dua kutub sepak bola ini yang lebih hebat, apakah gaya sepak bola Inggris atau pola bermain Belanda.
Gaya bermain sepak bola Inggris tidak mengenal basa basi karena langsung mengumpan atau menyerang.
Inggris juga menekankan kekuatan fisik, selain juga struktur pertahanan yang kuat, umpan-umpan langsung, dan kepiawaian memperlakukan bola mati.
Sebaliknya, trademark sepak bola Belanda adalah permainan menyerang yang mengalir bebas dalam filosofi "total football".
Filosofi bermain ini mendorong pergerakan bola dan pemain yang luwes dan lancar, disertai pertukaran posisi yang fleksibel, dan permainan menyerang yang kreatif.
Barisan depan tumpul