Jakarta (ANTARA) -
“Penyaluran dilakukan dalam dua tahap, di mana setiap tahapannya disalurkan sebanyak 219 ribu paket," kata dia.
Penyaluran di Provinsi NTT pada setiap tahapan dilakukan di tujuh kabupaten/kota, terdiri atas Atambua dengan kuota 15.534 paket, Ende (17.766), Komodo (43.128), Kupang (48.438), Maumere (26.265), Soe (24.294), dan Waingapu (43.779).
“Setiap paket terdiri dari 10 butir telur ayam dan 1 kg daging ayam,” ucap dia.
Ia berharap, kerja sama penyaluran bantuan pangan tersebut dapat memenuhi asupan gizi bagi keluarga yang mempunyai balita rawan stunting serta ibu hamil, sehingga dapat turut menurunkan tingkat prevalensi stunting di salah satu provinsi yang terletak di Indonesia timur tersebut.
Selain masalah stunting, persoalan kesehatan masyarakat di NTT sebagai hal yang cukup mendesak dan memerlukan perhatian serius.
Berdasarkan berbagai laporan, NTT salah satu provinsi kedua dengan angka stunting tertinggi di Indonesia, setelah Provinsi Papua Pegunungan.
Pada 2023, prevalensi stunting di Provinsi NTT 37,9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 37 hingga 38 dari 100 balita di Provinsi NTT mengalami stunting.
Berdasarkan data aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat per Februari 2024, prevalensi stunting di NTT 15,2 persen atau 61.961 anak stunting.
Baca juga: Pj. Gubernur NTT tekankan pangan lokal untuk atasi stunting
Baca juga: PLN-Pemkab TTS luncurkan Desa Berdaya Bebas Stunting