Dua kampung di Mabar terancam fenomena pergerakan tanah
...Ada tiga kampung, tapi tidak ada laporan dampak fenomena pergerakan tanah dari satu kampung lain yakni Mengkaleng. Kalau Dange ada 186 jiwa dan Wae Munting 225 jiwa
Labuan Bajo (ANTARA) - Sebanyak 411 jiwa warga yang tinggal di dua kampung di Desa Persiapan Benteng Tado, Kecamatan Sano Nggoang, Manggarai Barat, NTT terancam fenomena pergerakan tanah yang terjadi pada Februari 2022 lalu.
Kepala Dusun Benteng Tado Mikael Agung menyebut pergerakan tanah terjadi pada dua kampung, yakni Kampung Wae Munting dengan 225 jiwa dan 62 KK serta Kampung Dange dengan 186 jiwa dan 52 KK.
"Ada tiga kampung, tapi tidak ada laporan dampak fenomena pergerakan tanah dari satu kampung lain yakni Mengkaleng. Kalau Dange ada 186 jiwa dan Wae Munting 225 jiwa," kata dia di Kampung Wae Munting, Desa Persiapan Benteng Tado, Kecamatan Sano Nggoang, Senin.
Tokoh masyarakat Kampung Wae Munting Viktor Bitrudis pun membenarkan hal itu. Menurut dia bukan 11 rumah saja yang terdampak dalam kejadian itu, melainkan seluruh masyarakat Kampung Wae Munting yang berjumlah 225 jiwa pun terancam.
Fenomena tanah bergerak yang terjadi pada dua kampung itu, khususnya Kampung Wae Munting telah berlangsung sejak 2018 lalu. Atas kondisi bencana yang berulang ini, Viktor berharap ada riset yang dilakukan oleh para ahli tanah untuk menjelaskan situasi itu.
"Warga ingin mengetahui gambaran keadaan yang diberikan oleh ahli tanah karena mereka telah melalui tiga tahun kehidupan dengan resah ketika hujan dan gempa terjadi," katanya.
Kampung Wae Munting dan Kampung Dange merupakan dua kampung dalam Dusun Tado. Jarak tempuh Dusun Tado dari Kota Labuan Bajo berkisar 45 km melalui Simpang Dahot-Pusut-Bibang-Simpang Ndiri dengan kondisi jalan berkelok sekitar enam kilo dari Simpang Ndiri.
Kampung Wae Munting memiliki banyak sumber mata air pada bagian atas kampung. Kampung itu diapit Sungai Wae Dongka di sebelah kanan atau barat dan sungai Wae Tiku Dange di sebelah kiri atau timur.
Kondisi kerusakan rumah warga yang terpantau oleh ANTARA di Kampung Wae Munting bervariasi pada tiap rumah. Ada rumah warga yang roboh dan hancur, tanah terbelah, lantai dan dinding rumah retak, serta fondasi yang bergeser dari bangunan awal. Panjang, lebar, dan kedalaman dari setiap kerusakan pun bervariasi di tiap rumah.
Viktor berkata tim BPBD Manggarai Barat telah turun ke kampung mereka untuk meninjau lokasi kejadian. Mereka pun telah mengumpulkan kartu tanda penduduk dan kartu keluarga sesuai permintaan pemerintah daerah.
Baca juga: Fenomena tanah bergerak resahkan warga desa di Manggarai Barat
Baca juga: Pergerakan tanah berdampak pada 11 KK di Manggarai Barat
Kepala Dusun Benteng Tado Mikael Agung menyebut pergerakan tanah terjadi pada dua kampung, yakni Kampung Wae Munting dengan 225 jiwa dan 62 KK serta Kampung Dange dengan 186 jiwa dan 52 KK.
"Ada tiga kampung, tapi tidak ada laporan dampak fenomena pergerakan tanah dari satu kampung lain yakni Mengkaleng. Kalau Dange ada 186 jiwa dan Wae Munting 225 jiwa," kata dia di Kampung Wae Munting, Desa Persiapan Benteng Tado, Kecamatan Sano Nggoang, Senin.
Tokoh masyarakat Kampung Wae Munting Viktor Bitrudis pun membenarkan hal itu. Menurut dia bukan 11 rumah saja yang terdampak dalam kejadian itu, melainkan seluruh masyarakat Kampung Wae Munting yang berjumlah 225 jiwa pun terancam.
Fenomena tanah bergerak yang terjadi pada dua kampung itu, khususnya Kampung Wae Munting telah berlangsung sejak 2018 lalu. Atas kondisi bencana yang berulang ini, Viktor berharap ada riset yang dilakukan oleh para ahli tanah untuk menjelaskan situasi itu.
"Warga ingin mengetahui gambaran keadaan yang diberikan oleh ahli tanah karena mereka telah melalui tiga tahun kehidupan dengan resah ketika hujan dan gempa terjadi," katanya.
Kampung Wae Munting dan Kampung Dange merupakan dua kampung dalam Dusun Tado. Jarak tempuh Dusun Tado dari Kota Labuan Bajo berkisar 45 km melalui Simpang Dahot-Pusut-Bibang-Simpang Ndiri dengan kondisi jalan berkelok sekitar enam kilo dari Simpang Ndiri.
Kampung Wae Munting memiliki banyak sumber mata air pada bagian atas kampung. Kampung itu diapit Sungai Wae Dongka di sebelah kanan atau barat dan sungai Wae Tiku Dange di sebelah kiri atau timur.
Kondisi kerusakan rumah warga yang terpantau oleh ANTARA di Kampung Wae Munting bervariasi pada tiap rumah. Ada rumah warga yang roboh dan hancur, tanah terbelah, lantai dan dinding rumah retak, serta fondasi yang bergeser dari bangunan awal. Panjang, lebar, dan kedalaman dari setiap kerusakan pun bervariasi di tiap rumah.
Viktor berkata tim BPBD Manggarai Barat telah turun ke kampung mereka untuk meninjau lokasi kejadian. Mereka pun telah mengumpulkan kartu tanda penduduk dan kartu keluarga sesuai permintaan pemerintah daerah.
Baca juga: Fenomena tanah bergerak resahkan warga desa di Manggarai Barat
Baca juga: Pergerakan tanah berdampak pada 11 KK di Manggarai Barat