Kupang (AntaraNews NTT) - Para peserta Siswa Mengenal Nusantara (SMN) 2018 dari Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) saling berbagi pengalaman setelah mengikuti program SMN 2018 di daerah tujuan masing-masing.
"Terpesona, itulah satu kata yang bisa menggambarkan perasaan saya selama mengikuti kegiatan Program SMN di NTT," kata Kezia Tantri, peserta SMN dari Provinsi Sulawesi Utara pdalam acara Apresiasi SMN 2018 di Kupang, Rabu (15/8).
Acara yang melibatkan semua peserta dan pembimbing Program SMN 2018 dari provinsi masing-masing itu, dihadiri pula Penjabat Gubernur NTT Robert Simbolon bersama sejumlah pejabat BUMN dari PT Garam (Persero), PT Asabri, dan PT Pegadaian (Persero) selaku penanggung jawab Program SMN di NTT.
Kezia mengemukakan sejumlah pengalaman yang menurutnya istimewa ketika menjelajahi sejumlah daerah di NTT, seperti di Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao, yang merupakan gerbang terselatan NKRI.
"Pesona alamnya serta liukan pantai berpasir putih dengan kondisi laut yang sangat bersih yang sulit dilupakan. Kami juga mempelajari budaya masyarakat NTT setelah berkunjung ke Museum Negeri di Kota Kupang, dan saya baru lihat tulang ikan paus yang sangat besar di sana," ujarnya.
"Selain itu ada pula makanan yang paling saya yakni daging Se`i sapi, dan ada juga daging Se`i babi yang sama tidak ada di Sulawesi Utara," katanya dan menambahkan kegiatan seperti kunjungan tempat produksi alat musik Sasando dan kain tenun tradisional, dan lain-lain juga telah menambah wawasannya tentang keanekaragaman budaya di Indonesia.
Baca juga: BUMN Hadir - Peserta SMN 2018 diajak menulis pengalamannya"Semua ini akan menjadi pegangan bagi saya untuk menceritakan tentang NTT kepada teman-teman di daerah saya untuk memotivasi mereka tentang Nusantara yang kaya dan beragam aneka budayanya," kata Kezia.
Sementara itu, peserta SMN 2018 dari Provinsi NTT Claudia Sintya mengemukakan dirinya merasa heran ketika berkunjung ke pasar ekstrim di Manado yang menjual berbagai hewan untuk dikonsumsi.
"Di NTT orang tidak makan daging ular atau tikus, tapi di pasar ekstrim di Mandao itu dijual dan dimakan," katanya dan melukiskan bahwa itulah perbedaan pertama yang paling dirasakannya ketika berkunjung ke Sulawesi Utara, selain melihat langsung kondisi fisik serta warna kulit orang Manado.
"Orang-orang di Manado itu kulitnya putih-putih, berambut lurus, berbeda dengan umumnya kita di NTT, terus anak-anak mudanya selalu ceria dan ekspresif," katanya.
Namun, Claudia Sintya menyadari bahwa itulah bagian dari perbedaan dan keanekaragaman setiap daerah yang harus diterima oleh setiap generasi bangsa sebagai kekayaan Bangsa Indonesia yang tak akan habisnya serta perlu terus dijaga dan dicintai.
Baca juga: BUMN Hadir - Peserta SMN dari Sulut rindu petik Sasando