Labuan Bajo (ANTARA) - Dinas Pariwisata Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur mendorong tiga kategori pemakaian kain tenun dipamerkan dalam ajang peragaan busana, sebagai strategi untuk memperkenalkan kekayaan daerah dan menjadi daya tarik bagi banyak orang.
"Tiga kategori pemakaian tenun yakni pemakaian original, busana resmi seperti pakaian motif, dan tenunan hiburan yang ditonton dalam (acara) fashion," kata Kepala Dinas Pariwisata Nagekeo Silvester Teda Seda ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Sabtu, (23/7/2022).
Pada kategori pertama yaitu pemakaian original, kain tenun khas Nagekeo digunakan baik laki-laki maupun perempuan dengan makna masing-masing. Sebagai contoh, kain Ragi yang dipakai oleh seorang laki-laki menunjukkan unsur kejantanan dan kewibawaan.
Sedangkan kain tenun pada perempuan untuk memperlihatkan keanggunan dan kecantikan.
Selanjutnya kategori kedua yaitu busana resmi, artinya kain tenun digunakan sebagai busana resmi dalam berbagai kegiatan pemerintahan maupun acara adat. Sedangkan kategori ketiga, kain tenun dimodifikasi untuk digunakan kegiatan pameran atau fashion show.
Kain tenun Nagekeo baru saja diperkenalkan lebih luas ke khalayak ramai dalam gelaran Herborist Bali Fashion Carnival 2022 pada 17 Juli 2022 lalu.
Menurut Silvester, kegiatan tersebut merupakan bentuk pengembangan promosi wisata dari mitra strategis pemerintah untuk memperkenalkan daya tarik kain tenun Nagekeo yang indah dan khas.
Pemerintah Kabupaten Nagekeo pun memberikan apresiasi atas kolaborasi bersama itu. Dia menilai, tiga kategori pemakaian kain tenun itu perlu naik dalam satu panggung agar bisa menarik minat banyak orang.
Menurut Silvester, ketika ada kesempatan orang memamerkan tenun Nagekeo melalui peragaan busana, maka ada peluang dari sisi pariwisata. Kegiatan itu akan membuat orang ingin mencari tahu seluk beluk kain tenun dan penasaran untuk melihat lebih dekat proses pembuatan kain tenun.
Tiga kategori pemakaian kain tenun yang dipamerkan bersamaan dalam peragaan busana menjadi bentuk dukungan dari pemerintah agar tenun Nagekeo dikenal banyak orang. Ide yang disampaikan oleh rekan strategis pemerintah terkait pemasaran itu tentunya menjadi peluang untuk meningkatkan ekonomi penenun.
Silvester pun berharap kegiatan tersebut dapat meningkatkan semangat para penenun di Nagekeo dari tiga jenis kain tenunan: Ragi, Hoba Nage, dan Telopoi.
"Penenun kita tambah bergairah dalam aktivitasnya," ungkap Silvester.
Kini, pemerintah daerah tengah memperjuangkan hak kekayaan intelektual dari kain tenun asal Nagekeo. Proses pun tengah berjalan untuk jenis kain motif Hoba Nage.
"Pada prinsipnya kami terus berjuang untuk mematenkan motif kita agar tidak mudah ditiru," kata dia menandaskan.
Baca juga: Bupati Nagekeo dorong orang muda pertahankan produk lokal
Baca juga: Pemkab Nagekeo dorong UMKM miliki izin PIRT untuk akses pasar