Artikel - Barat mendadak melarang TikTok

id TikTok, AS larang TikTok,Media sosial,artikel hiburan Oleh Jafar M Sidik

Artikel - Barat mendadak melarang TikTok

Logo Tiktok (AFP)

...Yang juga menarik adalah situasi ini menciptakan pertarungan antara produk kapitalisme murni dengan produk hibrida kapitalisme-sosialisme komunis, seperti dibuat China, karena dalam satu sisi ini memang menggambarkan juga pertarungan ideologis

Merupakan versi luar negeri dari Douyin dan dimiliki perusahaan teknologi China, Bytedance, TikTok menggebrak dunia setahun setelah diluncurkan pada 2017. Aplikasi ini makin mendunia ketika jagat raya diamuk pandemi COVID-19.

Menurut Business of Apps, sampai triwulan ketiga 2022, pengguna aktif per bulan TikTok mencapai 1,6 miliar pengguna. Jika ditambah 600 juta pengguna Douyin di China, maka aplikasi ini digunakan oleh 2 miliar pengguna atau setara dengan 26 persen penduduk Bumi.

Sejak diluncurkan enam tahun lalu, TikTok sudah diunduh 3,5 miliar kali, bahkan dalam tiga triwulan pertama 2022 saja sudah diunduh 571 juta kali.

Di AS sendiri, TikTok adalah aplikasi terpopuler yang bukan lagi hanya digandrungi remaja, tetapi juga kalangan dewasa. Sebanyak 49,3 persen penduduk AS yang berusia 18-34 tahun adalah pengguna Tiktok.

Yang juga mencengangkan adalah tingkat engagement TikTok jauh melebihi Instagram, YouTube, dan Facebook, yang semuanya produk perusahaan-perusahaan AS.

Tingkat engagement atau keterlibatan adalah tolak ukur untuk melihat tingkat keterlibatan audiens dalam media sosial. Ini adalah metrik umum untuk mengevaluasi kinerja pemasaran media sosial

Menurut data Upfluence, tingkat engagement TikTok di AS mencapai 18 persen, padahal Instagram dan YouTube masing-masing hanya 3,86 dan 1,63 persen.

Di tingkat global, 20,83 persen dari total pengguna Internet di seluruh dunia yang pada 2022 mencapai 4,8 miliar, adalah pengguna TikTok.

Ini data yang menakutkan bagi mereka yang setiap hari mengurusi masalah keamanan nasional dan intelijen, apalagi China dan AS terlibat konfrontasi terselubung dalam semua aspek kehidupan, termasuk upaya pengaruh mempengaruhi masyarakat, bukan saja kepada negara lain, tetapi juga kepada masyarakat mereka masing-masing.

Belum lama ini, Direktur Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat Jenderal Paul Miki Nakasone mengingatkan bahwa China mengendalikan algoritma TikTok, sehingga pemerintah China bisa melancarkan operasi pengaruh (baca: propaganda) terhadap masyarakat Barat.

Ini mendorong otoritas AS makin ngotot berbuat jauh. Yang menjadi pertanyaan, apakah mereka mau mengabaikan para pengguna TikTok di negerinya sendiri yang justru merasa diuntungkan oleh aplikasi ini.

Baca juga: Artikel - Menikmati pesona masa lalu dan modernitas di Qatar

Bukan saja mendapatkan keuntungan secara sosial, tetapi juga secara ekonomi, bahkan banyak yang beranggapan aplikasi ini lebih memberikan kesempatan kepada semua orang dalam mendapatkan manfaat ekonomi ketimbang yang bisa diberikan aplikasi-aplikasi, seperti Instagram, yang lebih dikuasai kalangan tertentu, seperti influencer.

Yang pasti, persoalan keamanan data akan terus menjadi persoalan zaman ini dan nanti.

Baca juga: Artikel - Agar menopause tak perlu ditakuti tetapi siap dihadapi

Yang juga menarik adalah situasi ini menciptakan pertarungan antara produk kapitalisme murni dengan produk hibrida kapitalisme-sosialisme komunis, seperti dibuat China, karena dalam satu sisi ini memang menggambarkan juga pertarungan ideologis.

Baca juga: Artikel - Potret ketidakadilan gender dalam kumcer Bulan Ziarah Kenangan

Namun demikian, entah persoalan TikTok ini menjadi awal untuk perang pengaruh dan perang dagang yang lebih besar, atau justru menjadi momentum untuk merenungkan kembali sistem yang lebih memproteksi masyarakat dari eksploitasi asing, masih harus dilihat lebih cermat lagi.

 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Barat mendadak melarang TikTok