Manggarai Barat, NTT (ANTARA) - Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) dan Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) mengadakan rapat koordinasi (rakor) untuk merumuskan langkah-langkah efektif dalam pengelolaan dan pelestarian Taman Nasional Komodo (TNK).
TNK merupakan Situs Warisan Dunia (world heritage site) yang juga dimanfaatkan untuk aktivitas berwisata.
"Benar bahwa kawasan TNK juga dijadikan sebagai destinasi wisata, namun yang juga sangat penting adalah bagaimana kita harus menjaga keseimbangan ekologis dari kawasan tersebut," kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama BPOLBF Frans Teguh dalam keterangan yang diterima di Labuan Bajo, Jumat, (23/2/2024).
Hal ini, lanjutnya, menjadi perhatian serius karena semua pihak tidak ingin TNK itu terjebak dengan apa yang disebut dengan over tourism.
"Jadi, mari kita coba lebih awal dengan kebijakan yang proaktif sesuai dengan diagnosis yang ada," katanya.
Dia menjelaskan rapat tersebut juga membahas terkait daya dukung dan daya tampung di Kawasan TNK, Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurut dia, posisi strategis TNK sebagai area konservasi perlu menjadi perhatian khusus terutama terkait kaidah-kaidah ekologis.
Kepala Balai TNK Hendrikus Rani Siga menyampaikan bahwa sebagai upaya konservasi, Balai TNK juga tengah merancang aplikasi bernama Si Ora yang ke depannya dapat menjadi sarana untuk mengontrol daya dukung dan daya tampung di Kawasan TNK.
"Saat ini Balai TNK sendiri sedang merancang sebuah tools, sebuah aplikasi yang nantinya akan bisa digunakan sebagai sistem untuk mengontrol daya dukung yang bisa diterapkan secara konsisten," katanya.
Sementara itu dalam rakor ini juga melibatkan tiga orang narasumber yakni Prof. Dr. Chafid Fandeli, MS.; Prof. Dr. Djanianton Damanik, M.Si.; dan Dr. Ir. Muhamad, ST., MT., IPU., ASEAN, Eng.
Ketiga narasumber tersebut memberi beberapa masukan dan perspektif mendalam terkait beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti daya dukung dan daya tampung berdasarkan lokus, zonasi, dan aspek-aspek lain yang turut berpengaruh.
Prof. Chafid Fandeli menyampaikan bahwa perhitungan daya dukung dan daya tampung di TNK perlu dilihat dari kapasitas masing-masing zona dan tidak hanya pada zona inti.
"Carryng capacity Taman Nasional Komodo perlu dihitung dari setiap zonasi dan kebutuhannya untuk kedatangan wisatawan seperti pada Core Zone, Buffer Zone, Ekstensideus Zone, Intensideus Zone, Traditional Zone," kata Prof. Chafid Fandeli yang merupakan Guru Besar Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan bidang keahlian Konservasi Sumber Daya Hutan/Kepariwisataan Alam tersebut.
Narasumber lain yaitu Prof. Janianton Damanik, Guru Besar Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM juga menyampaikan bahwa dalam mengukur carrying capacity perlu melihat dari sisi supply dan demand serta aspek lain seperti Physical carrying capacity, environmental carrying capacity, social dan cultural carrying capacity dalam waktu yang berbeda-beda.
Turut hadir secara online dalam rapat tersebut, Sekretaris Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Kebudayaan Manggarai Barat, perwakilan dari Balai TNK dan hadir secara langsung Direktur Destinasi Pariwisata BPOLBF dan Direktur Pemasaran BPOLBF.