Artikel - Menyusuri jejak teknologi Belanda di tambang Ombilin

id Ombilin, warisan dunia unesco, tambang batu bara ombilin, sawahlunto, ptba, ptba upo ombilin, revitalisasi aset bumn, za,Sawahlunto,Sawalunto,Manusia

Artikel - Menyusuri jejak teknologi Belanda di tambang Ombilin

Gedung kantor utama PT Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pertambangan Ombilin (UPO) di Sawahlunto, Sumatera Barat. Gedung peninggalan Belanda itu pada 1916-1942 silam merupakan kantor perusahaan penambangan batu bara Ombilin atau Hoofdkantoor Ombilinmijn Sawahloento. ANTARA/Ade Irma Junida

Tidak hanya asri, deretan bangunan yang berdiri di Sawahlunto punya ciri khas yang berbeda dengan bangunan di daerah Sumatera Barat lainnya yang identik dengan atap runcing...
Sebagai pemilik dan pengelola sejumlah aset cagar budaya di Ombilin, PTBA mendukung penuh visi Sawahlunto sebagai destinasi wisata tambang yang berbudaya.

Pariwisata pasca tambang yang memamerkan teknologi awal dan sejarah pertambangan diharapkan bisa memberikan pengetahuan dan pengalaman betapa teknologi Hindia Belanda di abad 18 sudah sangat visioner dan maju.

Guna mendukung visi Sawahlunto sebagai kota wisata tambang, General Manager Unit Pertambangan Ombilin PT Bukit Asam (Persero) Tbk Yulfaizon menjelaskan perseroan akan merevitalisasi gedung kantor utamanya menjadi hotel heritage berskala bintang empat. Pada 1916-1942 silam, gedung kantor utama PTBA itu merupakan kantor perusahaan penambangan batu bara Ombilin.

“Nantinya akan ada 11 kamar kelas presidential suite di gedung utama ini dan 33 kamar di gedung belakang gedung utama. Gedung belakang adalah gedung perencanaan yang dibangun tahun 1980-an dan bukan bangunan heritage sehingga bisa kami renovasi menjadi kamar-kamar,” katanya.

Tidak hanya gedung kantor utama dan gedung perencanaan, upaya revitalisasi juga meliputi tiga bangunan lainnya, yaitu Wisma 14, Wisma 15, dan Wisma 16 yang berlokasi di kompleks KHAS Hotel, serta Gedung Pusat Kebudayaan (Societiet) yang sempat terbakar pada 2022.

Upaya revitalisasi aset merupakan langkah strategis yang dilakukan perusahaan itu untuk turut melestarikan dan memberdayakan potensi yang dimiliki demi mendukung visi Sawahlunto menjadi destinasi pariwisata unggulan.

Karena visi misi Sawahlunto menjadi kota wisata tambang berbudaya, maka dalam mendukung tujuan itulah pihaknya memberi dukungan, salah satunya pengadaan penginapan. Walaupun kini banyak homestay,  hotel berskala besar belum ada.

PTBA UPO sendiri telah mengantongi semua izin, termasuk kajian Heritage Impact Assesment (HIA) hingga uji kuat bangunan, untuk melakukan revitalisasi aset di kawasan cagar budaya UNESCO. Begitu pula kajian dari Kemendikbudristek soal ketentuan khusus terkait revitalisasi warisan budaya tersebut.

Targetnya, semua revitalisasi bisa rampung pada akhir tahun 2024.

Meski pada masa itu ada kepedihan di balik penjajahan, Hindia Belanda telah melakukan alih teknologi dan pengetahuan ke Indonesia. Belanda tidak hanya mewariskan tambang dan gedung-gedung, tetapi juga kebudayaan dan sistem pengembangan kota yang terintegrasi sesuai dengan potensi kekayaan alam yang ada.

Melihat Sawahlunto ibarat melihat “Belanda kecil” yang telah ditata sedemikian rupa oleh para kompeni agar jadi pusat ekonomi yang nyaman ditinggali.

Di balik penjajahan yang menyisakan sisi kelam, menakjubkan rasanya membayangkan lebih dari 130 tahun lalu Belanda sudah terpikir untuk membangun tambang bawah tanah dan segala pendukungnya, menyiapkan fasilitas pendukung masyarakat mulai dari permukiman, gedung pertunjukan, rumah sakit, dapur umum dan tempat jagal, pembangkit listrik tenaga uap, hingga rumah ibadah.

Baca juga: Sawahlunto dan kisah perbudakan Ola Bebe

Baca juga: Drama Perbudakan di Sawahlunto












 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menyusuri jejak teknologi Belanda di tambang Ombilin