Krisis air bersih landa 3 kecamatan di Manggarai Barat

id krisis air bersih

Krisis air bersih landa 3 kecamatan di Manggarai Barat

Seorang warga mengambil air di embung yang sudah mulai menyusut airnya di Kecamatan Alak, Kota Kupang, NTT, Senin (2/9/2019). (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/ama.

BPBD Kabupaten Manggarai Barat, mencatat tiga kecamatan di ujung barat Pulau Flores itu mengalami krisis air bersih sejak wilayah yang kaya dengan objek wisata itu dilanda musim kemarau.
Kupang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, mencatat tiga kecamatan di ujung barat Pulau Flores itu mengalami krisis air bersih sejak wilayah yang kaya dengan objek wisata itu dilanda musim kemarau.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Manggarai Barat, Dominikus Hawan ketika dihubungi ANTARA dari Kupang, Jumat (6/9) membenarkan adanya krisis air bersih yang menimpa tiga wilayah kecamatan di Manggarai Barat.

Ia mengatakan musim kemarau yang melanda Kabupaten Manggarai Barat telah menyebabkan 1.017 kepala keluarga yang menyebar di Kecamatan Boleng, Welak dan Kecamatan Komodo terpapar kekurangan air bersih.

Kota Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat juga mengalami krisis air bersih karena suplai air dari PDAM masih terbatas sehingga untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga terpaksa memasok air dengan membeli air tangki.

Baca juga: NTT diambang siaga kekeringan

Menurut Dominikus Hawan, sumber air bersih di tiga daerah yang dilanda krisis air bersih banyak yang mengering sejak daerah tujuan wisata ini mulai dilanda musim kemarau.

Ia mengatakan, warga di tiga kecamatan yang mengalami krisis air bersih itu terpaksa harus menempuh perjalanan hingga puluhan kilometer untuk mendapatkan air bersih, karena semua sumber air yang berada dekat dengan lokasi pemukiman sudah mengering.

Menurut dia, masyarakat harus melintasi daerah yang terjal dan berbukit untuk mendapatkan air bersih di tiga kecamatan yang sedang dilanda krisis air bersih itu.

Dominikus Hawan mengatakan, pemerintah daerah tidak memiliki anggaran untuk pengadaan air bersih guna membantu warga yang mengalami krisis air bersih.

"Kami tidak memiliki anggaran untuk membantu suplai air bersih bagi warga di tiga kecamatan itu sehingga warga secara mandiri mencari sumber air untuk mendapatkan air bersih guna memenuhi kebutuhan keluarga. Keuangan daerah sangat terbatas," kata Dominikus Hawan.

Baca juga: Krisis air bersih landa ribuan KK di TTS
Baca juga: 100 persen zom NTT alami periode kemarau