Kupang (Antara NTT) - Praktisi Pertanian Agribisnis dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Ir Leta Rafael Levis, M.Rur.Mnt, mengatakan inovasi sistem pertanian dapat menekan harga bawang putih dan komoditas pangan lainnya di Nusa Tenggara Timur.
"Inovasi ini penting untuk membuat bawang putih bisa tumbuh subur dan berbuah di tanah-tanah tropis dan bisa menjadi jawaban terhadap rendahnya produktifitas bawang putih di dalam negeri," kata Leta Rafael kepada Antara di Kupang, Sabtu.
Dosen Fakultas Pertanian pada Undana Kupang itu mengatakan Indonesia harus berkaca pada negeri Tirai Bambu Tiongkok yang sukses dalam mengelolah dan meningkatkan produksi hasil pertaniannya.
"Inovasi di bidang pertanian di negara itu telah berhasil mendongkrak ekspor buah dan produk holtikultura lain hingga bisa ekspor dengan harga yang kompetitif ke negara-negara Asia," katanya.
Rafael Levis menambahkan berdasarkan hasil survei dan penelitian yang dilakukan Undana Kupang menunjukkan bahwa NTT memiliki karakteristik lahan dan iklim yang cocok untuk mendukung pengembangan tanaman bawang putih dan bawang merah.
Hanya saja belum ada gerakan untuk menanam dan membudidayakan tanaman bawang putih (Allium sativum) dan bahkan belum ada petani di NTT yang fokus membuka lahan pertanian khusus untuk menanam bawang sebagai tanaman dari genus Allium itu.
Padahal, katanya, potensi lahan yang ada di Nusa Tenggara Timur cukup untuk mengembangkan jenis tanaman ini guna memperkuat ketahanan pangan masyarakat.
Ketua Komisi Penyuluh Pertanian NTT ini juga menilai mayoritas penduduk yang berprofesi petani sebanyak 3.042.780 orang (64,74 persen) dari sekitar 5,03 juta penduduk NTT dengan potensi lahan kering seluas sekitar 2.379.005 hektare dan potensi lahan basah mencapai 127.308 hektare.
Dalam konteks lokal, kata Rafael Levis, harga bawang putih di pasaran selalu mengalami fluktuasi yang ekstrim akibat pemasokan dari komoditas tersebut.
Di Kupang, misalnya harga bawang putih melonjak tajam dengan harga eceran tertinggi Rp70.000-80.000 per kg atau naik hampir dua kali lipat dari harga jual bawang putih pada Mei 2017 yakni Rp40.000-Rp45.000 atau lebih tinggi dari harga acuan tertinggi Kementerian Perdagangan sebesar Rp38.000.
Saat ini produksi bawang putih dalam negeri hanya sekitar 20.295 ton atau jauh dari kebutuhan konsumen yang mencapai lebih dari 400.000 ton per tahun, sehingga inovasi di sektor pertanian itu menjadi sebuah keharusan yang dilakukan para petani di NTT dalam menekan harga bawang putih.
"Bayangkan saja hampir 95 persen bawang putih kita impor dan sebagian besar dari Tiongkok, Malaysia dan Vietnam, padahal lahan pertanian kita sangat mendukung untuk melakukan inovasi terhadap komoditas tersebut," katanya.
Ia menyadari bahwa tanaman sub tropis ini sangat sulit untuk tumbuh di negara tropis seperti Indonesia, namun lewat berbagai macam inovasi pertanian, tanaman bawang putih bisa dikembangkan dalam jumlah yang besar di berbagai daerah di Indonesia, khususnya NTT.