Para Penenun Padati Manda Elu

id tenun ikat

Para Penenun Padati Manda Elu

Sejumlah penenun ikat mulai mempersiapkan diri di Stadion Manda Elu Waikabubak, Sumba Barat, NTT untuk memeriahkan Parade 1001 Kuda Sandelwood di kota kecil itu, Sabtu (8/7). (Foto ANTARA/Kornelis Kaha)

Sebanyak 20-an penenun dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Sumba Barat memadati Stadion Manda Elu Waikabubak untuk meramaikan Parade 1001 Kuda Sandelwood 2017 di kota kecil itu, Sabtu.
Waikabubak, NTT (Antara NTT) - Sebanyak 20-an penenun dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Sumba Barat,  Nusa Tenggara Timur memadati Stadion Manda Elu Waikabubak untuk meramaikan Parade 1001 Kuda Sandelwood 2017 di  kota kecil itu, Sabtu.

Para penenun yang datang diantar oleh sejumlah sopir truk yang digunakan khusus untuk menjemput para penenun tersebut dari setiap kecamatan di Sumba Barat.

Seorang ibu penenun tenunan biasa Katrina dari Desa Tematana, Kecamatan Loli, ditemui di stadion Manda Elu saat sedang mempersiapkan alat-alat tenunnya mengatakan bahwa dirinya sangat antusias mengikuti festival tersebut.

"Kami sudah ada di sini sejak pukul 08.00 Wita dengan kurang lebih 15 penenun, agar bisa lebih dahulu mempersiapkan peralatan kami sebelum memulai kegiatan menenun kami," katanya.

Ia mengatakan jenis tenunan yang ditenunnya adalah tenun Labaleko. Tenun Labaleko adalah kain tenun yang bukan tenun ikat sebab benangnya adalah benang tekstil yang sudah diwarnai.

Katarina mengatakan dirinya dan sejumlah ibu penenun membawa kain tenun yang memang belum selesai dibuat, dengan tujuan agar bisa memperkenalkan kepada wisatawan ataupun pengunjung dari daerah luar daerah soal proses pembuatan kain tenun Sumba.

Sementara itu Rambu Lucia dari Kecamatan Lamboya mengaku pada festival tenun ikat dengan tujuan meramaikan parade 1001 kuda sandelwood tersebut mengaku membawa peralatan serta kain tenun ikat khas Sumba Barat.

Tenun ikat Sumba Barat sendiri dibuat dengan proses pewarna alam. Artinya bahwa pewarnanya dihasilkan dari daun-daun pepohonan yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan warna yang bagus.

Disamping itu untuk benangnya diambil dari pohon kapas kemudian dipintal sehingga menghasilkan kapas dengan ukuran yang tidak setipis benang tekstil.

"Sehingga tidak heran jika kain tenun ikat warnanya tidak cerah dan berat kalau digunakan," tuturnya.

Sebelumnya Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Sumba Barat Meti Dapawole Monteiro mengatakan pihaknya menyiapkan kurang lebih 150 penenun dalam rangka menyemarakkan Parade 1001 Kuda Sandelwood di kabupaten itu.

"Kami sudah siapkan kurang lebih 150 penenun dari setiap kecamatan di kabupaten ini," katanya.

Ia menjelaskan, para penenun tersebut nantinya akan ditempatkan di satu lokasi khusus di lapangan utama Waikabubak Manda Elu sehingga nantinya akan terlihat indah jika dipandang.